loading…
Para pemimpin BRICS dalam pertemuan di Xiamen International Conference and Exhibition Center, China. FOTO/China Today
“Saya memperingatkan para sponsor Barat Kyiv agar tidak mencoba mempengaruhi situasi, termasuk dalam konteks KTT di Kazan. Itu akan menjadi kesalahan dalam skala besar,” tegas Wakil Menteri Luar Negeri Rusia Sergey Ryabkov, dilansir dari Anadolu Ajansi, Minggu (6/10/2024).
Peringatan itu disampaikan dalam sebuah konferensi pers di Moskow. Dia mengungkpakan bahwa KTT BRICS ini akan menjadi acara terbesar yang memiliki kepentingan internasional. Selain politisi nasional, para kepala organisasi internasional dan regional akan datang ke Kazan. Secara khusus, Presiden New Development Bank (NDB) Dilma Rousseff akan berbicara pada pertemuan tersebut.
Pejabat tersebut mengatakan bahwa Moskow juga mengharapkan Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan untuk ambil bagian dalam KTT BRCIS, dan mengatakan bahwa situasi di Ukraina merupakan salah satu isu yang ingin didiskusikan pihak Rusia dengan Erdogan.
“Semua isu-isu yang relevan dalam agenda internasional sedang dibahas di BRICS. Tentu saja, situasi di Ukraina adalah salah satunya. Kami tidak menyembunyikan apapun. Sebaliknya, kami menggunakan platform ini untuk menunjukkan apa saja akar penyebab dari konflik tersebut,” jelas dia.
Berbicara mengenai perluasan BRICS, diplomat tersebut menyebutkan bahwa tidak adanya sanksi terhadap anggota-anggota asosiasi saat ini merupakan salah satu syarat utama untuk bergabung.
“Penting untuk mengejar arah yang berdaulat, memiliki peran yang signifikan dalam urusan internasional dan regional, membangun hubungan yang baik dengan negara-negara BRICS, menahan diri untuk tidak ikut serta dalam sanksi-sanksi yang tidak sah terhadap para anggota asosiasi,” tegasnya.
Ryabkov menekankan bahwa penambahan anggota baru harus memiliki tujuan untuk memperkuat potensi BRICS dan otoritas internasional. Diplomat ini juga menegaskan bahwa upaya untuk menciptakan platform keuangan independen di dalam BRICS terus berlanjut meski masih terlalu dini untuk membicarakan pembentukan mata uang digital BRICS.
“Kita tidak boleh memiliki ilusi dan ekspektasi yang terlalu tinggi. Masalah menciptakan mekanisme pembayaran independen sangatlah sulit, ini membutuhkan pendekatan yang dipikirkan dengan matang, dan itulah yang sedang kami lakukan. Yang paling penting, semua negara BRICS fokus pada pencapaian hasil praktis dan siap untuk mengembangkan kerja sama di bidang ini,” jelasnya.
BRICS, yang didirikan pada 2009 dinamai sesuai dengan nama Brasil, Rusia, India, China, dan Afrika Selatan. Blok ini tahun lalu mengundang Arab Saudi, Iran, Mesir, Ethiopia, Argentina, dan Uni Emirat Arab (UEA) untuk menjadi anggota.
(nng)