loading…
Gelombang sanksi Barat terhadap Rusia setelah perang Ukraina pecah belum memberikan pukulan telak bagi ekonomi Moskow seperti yang diperkirakan beberapa orang. Beberapa peneliti ungkap penyebabnya. Foto/Dok
Oleg Itskhoki dari Universitas Harvard dan Elina Ribakova dari Institut Peterson untuk Ekonomi Internasional berpendapat, bahwa sanksi Barat seharusnya dijatuhkan lebih kuat segera setelah invasi, daripada dengan cara melakukannya sedikit demi sedikit.
“Dalam retrospeksi, terbukti bahwa tidak ada alasan untuk tidak memberlakukan semua tindakan tegas yang bisa dilakukan terhadap Rusia sejak awal setelah Rusia meluncurkan invasi skala penuh pada Februari 2022,” kata para penulis dalam makalah tersebut.
Namun, “kesimpulan kritis adalah bahwa sanksi bukanlah peluru perak,” kata Ribakova.
Para peneliti mengatakan, Rusia mampu beradaptasi menghadapi sanksi keuangan atau ekonomi karena pelajaran yang dipetik dari sanksi yang dijatuhkan pada tahun 2014 setelah menginvasi Krimea. Selain itu lemahnya dampak dari sanksi, lantaran gagal menyakinkan lebih banyak negara untuk ikut serta, dimana kekuatan ekonomi seperti China dan India tidak termasuk di dalamnya.
Laporan itu mengatakan, bahwa “meskipun jumlah sanksi sangat tinggi, tapi dampak nyata pada ekonomi Rusia kurang jelas,” dan “kerja sama global sangat diperlukan.”
Pertanyaan tentang apa yang membuat sanksi efektif atau tidak penting di luar perang Rusia-Ukraina. Sanksi telah menjadi alat penting bagi Amerika Serikat dan negara-negara Barat lainnya untuk menekan musuh agar membalikkan tindakan dan mengubah kebijakan sambil menghentikan konflik militer secara langsung.
Dampak terbatas dari sanksi Barat terhadap Rusia, terlihat jelas selama beberapa waktu. Tetapi laporan itu memberikan gambaran yang lebih rinci tentang bagaimana Rusia beradaptasi dengan sanksi dan apa artinya bagi efektivitas sanksi AS di masa depan.