Customize Consent Preferences

We use cookies to help you navigate efficiently and perform certain functions. You will find detailed information about all cookies under each consent category below.

The cookies that are categorized as "Necessary" are stored on your browser as they are essential for enabling the basic functionalities of the site. ... 

Always Active

Necessary cookies are required to enable the basic features of this site, such as providing secure log-in or adjusting your consent preferences. These cookies do not store any personally identifiable data.

No cookies to display.

Functional cookies help perform certain functionalities like sharing the content of the website on social media platforms, collecting feedback, and other third-party features.

No cookies to display.

Analytical cookies are used to understand how visitors interact with the website. These cookies help provide information on metrics such as the number of visitors, bounce rate, traffic source, etc.

No cookies to display.

Performance cookies are used to understand and analyze the key performance indexes of the website which helps in delivering a better user experience for the visitors.

No cookies to display.

Advertisement cookies are used to provide visitors with customized advertisements based on the pages you visited previously and to analyze the effectiveness of the ad campaigns.

No cookies to display.

Sanksi AS Gagal Runtuhkan Moskow, Rusia Catat Pertumbuhan Ekonomi 4,1%



loading…

Pertumbuhan ekonomi Rusia yang mencapai 4,1% dalam dua tahun terakhir dinilai sebagai bukti kegagalan sanksi ekonomi yang dijatuhkan AS. FOTO/iStock Photo

JAKARTA – Pertumbuhan ekonomi Rusia yang mencapai 4,1% dalam dua tahun terakhir dinilai sebagai bukti kegagalan sanksi ekonomi yang dijatuhkan Amerika Serikat (AS) sejak invasi Rusia ke Ukraina pada Februari 2022. Dukungan negara-negara anggota BRICS serta agenda dedolarisasi dinilai berperan besar dalam menopang ketahanan ekonomi Moskwa.

Sekretaris Dewan Keamanan Rusia, Sergey Shoigu menegaskan sistem keuangan dan perbankan Rusia mampu bertahan di tengah tekanan. Dia mengatakan, perekonomian Rusia tetap tumbuh meski berada di bawah tekanan sanksi ekonomi dari negara-negara Barat.

“Selama dua tahun terakhir, ekonomi Rusia tumbuh 4,1 persen. Utang eksternal dan internal menurun, dan sistem keuangan menunjukkan ketahanan luar biasa,” ujar Shoigu dalam keterangannya dilansir dari Watcher Guru, Senin (28/4/2025).

Data pertumbuhan produk domestik bruto (PDB) Rusia menunjukkan peningkatan sebesar 4,1% pada 2023 dan 4,3 persen pada 2024. Namun, proyeksi pertumbuhan untuk tahun 2025 diperkirakan melambat menjadi 2,5%.

Shoigu menyampaikan perdagangan luar negeri Rusia tetap mencatatkan surplus meskipun dibayangi sanksi. Nilai perdagangan eksternal tahun lalu meningkat USD3,8 miliar menjadi lebih dari USD716 miliar. Surplus neraca perdagangan naik USD7 miliar mencapai sekitar USD146 miliar.

Salah satu strategi yang diambil Rusia dalam menghadapi sanksi adalah memperkuat kerja sama dengan negara-negara BRICS, yakni Brasil, Rusia, India, China, dan Afrika Selatan serta beberapa negara mitra seperti Arab Saudi. Negara-negara tersebut menyusun ulang mekanisme perdagangan lintas batas untuk mengurangi ketergantungan pada dolar AS.

India berhasil menghemat devisa hingga USD7 miliar dengan membeli minyak Rusia dengan harga diskon. Sementara, Arab Saudi dilaporkan membeli minyak mentah Rusia untuk dijual kembali di pasar Eropa. Langkah-langkah ini dinilai membantu negara-negara BRICS menghadapi tekanan eksternal serta memperkuat penggunaan mata uang lokal dalam perdagangan internasional.

(nng)



You May Also Like

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *