Customize Consent Preferences

We use cookies to help you navigate efficiently and perform certain functions. You will find detailed information about all cookies under each consent category below.

The cookies that are categorized as "Necessary" are stored on your browser as they are essential for enabling the basic functionalities of the site. ... 

Always Active

Necessary cookies are required to enable the basic features of this site, such as providing secure log-in or adjusting your consent preferences. These cookies do not store any personally identifiable data.

No cookies to display.

Functional cookies help perform certain functionalities like sharing the content of the website on social media platforms, collecting feedback, and other third-party features.

No cookies to display.

Analytical cookies are used to understand how visitors interact with the website. These cookies help provide information on metrics such as the number of visitors, bounce rate, traffic source, etc.

No cookies to display.

Performance cookies are used to understand and analyze the key performance indexes of the website which helps in delivering a better user experience for the visitors.

No cookies to display.

Advertisement cookies are used to provide visitors with customized advertisements based on the pages you visited previously and to analyze the effectiveness of the ad campaigns.

No cookies to display.

Rupiah Ambruk hingga Sentuh Rp16.622, BI Sebut Beda Cerita dengan Krismon 1998



loading…

Bank Indonesia (BI) menegaskan, bahwa meskipun nilai tukar rupiah saat ini melemah hingga menyentuh Rp16.600 per dolar AS, kondisi ekonomi Indonesia masih jauh berbeda dengan krisis 1998. Foto/Dok

JAKARTA – Kepala Departemen Kebijakan Makroprudensial Bank Indonesia (BI) , Solikin M. Juhro menegaskan, bahwa meskipun nilai tukar rupiah saat ini melemah hingga menyentuh Rp16.600 per dolar AS, kondisi ekonomi Indonesia masih jauh berbeda dengan krisis moneter (krismon) 1998 .

Menurut Solikin, kurs rupiah pada 1998 mengalami depresiasi tajam dari Rp2.800 langsung ke Rp16.900 per dolar AS dalam waktu singkat. Saat itu pasar keuangan Indonesia belum dalam, dan cadangan devisa hanya sekitar USD20 miliar, jauh lebih kecil dibandingkan dengan kondisi saat ini yang mencapai USD150 miliar.

“Fundamental ekonomi kita saat ini jauh lebih kuat dibandingkan 1998. Saat itu kerentanan sektor keuangan dan utang tidak terdeteksi dengan baik. Namun sekarang kita memiliki mekanisme deteksi dini serta pencegahan yang lebih baik melalui Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK),” ujar Solikin dalam Taklimat Media di Gedung BI, Rabu (26/3/2025).

Menurutnya, tekanan terhadap rupiah saat ini masih dalam batas wajar dan relatif moderat dibandingkan dengan negara lain. Solikin menegaskan bahwa Bank Indonesia terus memantau pergerakan nilai tukar dan mengambil langkah-langkah yang diperlukan untuk menjaga stabilitas ekonomi.

“Depresiasi rupiah kali ini terjadi secara bertahap, tidak seperti 1998 yang terjadi sangat drastis. BI terus berada di pasar untuk menjaga agar nilai tukar tetap sesuai dengan mekanisme pasar dan fundamental ekonomi,” tambahnya.

Solikin optimistis, bahwa tekanan terhadap rupiah bersifat sementara dan akan mereda seiring dengan perbaikan sentimen pasar. Ia juga menekankan, bahwa Indonesia masih termasuk dalam kelompok negara dengan kinerja ekonomi yang kuat.

“Kita harus melihat kondisi ini secara utuh. Fundamental ekonomi kita tetap solid, dan Indonesia termasuk di antara negara dengan performa ekonomi terbaik dibandingkan negara-negara sejenis,” tutupnya.

Perlu diketahui, rupiah hari ini ditutup menguat 24 poin atau 0,14% ke level Rp16.587 per dolar AS. Adapun rupiah sempat jatuh ke level yang hampir seperti kondisi krisis 1998.

Berdasarkan data Bloomberg, rupiah pada Selasa (25/3) sempat ambruk sangat dalam hingga menyentuh level Rp16.640 per dolar AS di pukul 09.46 WIB, melewati titik tertingginya pada intraday 23 Maret 2020 yang menyentuh posisi Rp16.620 per dolar AS.

Angka tersebut masih terapresiasi meskipun belum melewati posisi 1998 yang sempat menyentuh level Rp16.800 per dolar AS di intraday 17 Juni.

(akr)



You May Also Like

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *