Customize Consent Preferences

We use cookies to help you navigate efficiently and perform certain functions. You will find detailed information about all cookies under each consent category below.

The cookies that are categorized as "Necessary" are stored on your browser as they are essential for enabling the basic functionalities of the site. ... 

Always Active

Necessary cookies are required to enable the basic features of this site, such as providing secure log-in or adjusting your consent preferences. These cookies do not store any personally identifiable data.

No cookies to display.

Functional cookies help perform certain functionalities like sharing the content of the website on social media platforms, collecting feedback, and other third-party features.

No cookies to display.

Analytical cookies are used to understand how visitors interact with the website. These cookies help provide information on metrics such as the number of visitors, bounce rate, traffic source, etc.

No cookies to display.

Performance cookies are used to understand and analyze the key performance indexes of the website which helps in delivering a better user experience for the visitors.

No cookies to display.

Advertisement cookies are used to provide visitors with customized advertisements based on the pages you visited previously and to analyze the effectiveness of the ad campaigns.

No cookies to display.

Raup Rp180 Juta per Bulan, Azlina Jadi Inspirasi Perempuan UMKM



loading…

Azlina adalah bukti nyata bahwa dengan semangat, ketekunan, dan dukungan yang tepat, perempuan bisa bangkit dari keterpurukan dan menjadi agen perubahan yang kuat dalam lingkungannya. Foto/Dok

JAKARTA – Pandemi Covid-19 membawa perubahan besar bagi Azlina (36 tahun), warga asal Payakumbuh, Sumatera Barat. Usaha konveksi yang sebelumnya ia jalankan bersama keluarga terpaksa tutup akibat sepinya pesanan.

Namun kondisi itu tidak membuatnya menyerah. Berbekal resep masakan warisan ibunya, Azlina memulai usaha warung makan yang kini menghasilkan omzet hingga Rp180 juta per bulan.

“Waktu pandemi, usaha konveksi benar-benar berhenti karena tidak ada yang pesan. Akhirnya saya coba jualan nasi dan lauk, ternyata banyak peminatnya,” ujar Azlina dalam keterangannya, Selasa (22/4/2025).

Tak memiliki keahlian memasak sebelumnya, Azlina belajar langsung dari ibunya untuk meracik bumbu khas Minang. Setelah merasa yakin dengan rasa masakannya, ia mulai membuka warung makan di lokasi strategis dekat sekolah dan perguruan tinggi.

Strategi pemilihan lokasi tersebut terbukti efektif. Pelanggannya didominasi pelajar, mahasiswa, dan karyawan sekitar. Dalam enam tahun, ia berhasil membuka dua cabang warung makan dan menambah jumlah karyawan dari dua menjadi tujuh orang. Menu yang ditawarkan pun semakin beragam, dengan harga terjangkau mulai dari Rp10.000 per porsi.

“Meski cukup kewalahan dalam melayani pesanan pelanggan saat jam makan siang, saya bersyukur kini bisa menambah 5 karyawan untuk membantunya, yang semula hanya 2 karyawan saja,” imbuhnya.

Azlina mengaku memulai usahanya tanpa modal besar. Ia mendapatkan tambahan modal dari lembaga pembiayaan Amartha , yang sebelumnya pernah menawarkan bantuan saat ia masih menjalankan usaha konveksi.

“Saya dihubungi kembali oleh karyawan Amartha, dan dibantu untuk proses pinjaman. Bahkan saya diminta membentuk kelompok usaha bersama ibu-ibu tetangga. Saya ditunjuk sebagai ketua kelompok,” katanya.

Meski usaha terus berkembang, Azlina tetap menghadapi tantangan. Salah satunya adalah persaingan dengan warung makan lain serta lonjakan jumlah pembeli saat jam makan siang dan malam. Ia juga menyiasati penurunan omzet saat musim libur sekolah dengan mengurangi produksi lauk-pauk agar tidak merugi.



You May Also Like

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *