Customize Consent Preferences

We use cookies to help you navigate efficiently and perform certain functions. You will find detailed information about all cookies under each consent category below.

The cookies that are categorized as "Necessary" are stored on your browser as they are essential for enabling the basic functionalities of the site. ... 

Always Active

Necessary cookies are required to enable the basic features of this site, such as providing secure log-in or adjusting your consent preferences. These cookies do not store any personally identifiable data.

No cookies to display.

Functional cookies help perform certain functionalities like sharing the content of the website on social media platforms, collecting feedback, and other third-party features.

No cookies to display.

Analytical cookies are used to understand how visitors interact with the website. These cookies help provide information on metrics such as the number of visitors, bounce rate, traffic source, etc.

No cookies to display.

Performance cookies are used to understand and analyze the key performance indexes of the website which helps in delivering a better user experience for the visitors.

No cookies to display.

Advertisement cookies are used to provide visitors with customized advertisements based on the pages you visited previously and to analyze the effectiveness of the ad campaigns.

No cookies to display.

Profesi Penilai Didorong Lebih Adaptif Hadapi Era Revolusi Industri 5.0



loading…

Konferensi internasional bertajuk Navigating Valuation in the Industrial Revolution 5.0 Era: Integrating Technology, Embracing the Creative Economy, and Upholding Social Responsibility. FOTO/dok.SindoNews

JAKARTA – Profesi Penilai di Indonesia menghadapi tantangan yang semakin kompleks di tengah ketidakpastian ekonomi global dan kemajuan teknologi yang pesat. Dalam menghadapi era Revolusi Industri 5.0, para Penilai dituntut untuk lebih adaptif agar dapat menjaga keberlanjutan dan relevansi bisnis valuasi.

Ketua Umum Masyarakat Profesi Penilai Indonesia (MAPPI), Budi Prasodjo, mengatakan bahwa para Penilai harus memiliki pola pikir maju dan mampu merespons dinamika zaman, terutama dalam lanskap penilaian yang kini semakin dipengaruhi oleh transformasi digital, pentingnya hak kekayaan intelektual, serta tuntutan etika dan tanggung jawab sosial.

“Profesi Penilai tidak hanya dituntut menguasai aspek teknis, tetapi juga harus mampu beradaptasi dengan perubahan zaman dan memperluas wawasan, termasuk dalam pemanfaatan teknologi serta pemahaman terhadap isu-isu sosial,” ujar Budi dalam pernyataannya, dikutip Kamis (24/4/2025).

Pernyataan tersebut disampaikan dalam konferensi internasional bertajuk “Navigating Valuation in the Industrial Revolution 5.0 Era: Integrating Technology, Embracing the Creative Economy, and Upholding Social Responsibility”. Acara ini diselenggarakan MAPPI bekerja sama dengan Kementerian Keuangan, Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, serta International Valuation Standards Council (IVSC).

Konferensi ini mengangkat tiga tema utama yang menjadi fokus dalam pengembangan profesi Penilai ke depan. Pertama, pentingnya adopsi teknologi dalam proses penilaian. Di era Revolusi Industri 5.0, Penilai diharapkan mampu menggabungkan kecerdasan manusia dengan teknologi canggih, seperti kecerdasan buatan, analisis data, dan sistem otomatisasi, guna meningkatkan akurasi dan efisiensi penilaian.

Kedua, pesatnya pertumbuhan ekonomi kreatif mendorong meningkatnya nilai kekayaan intelektual sebagai aset penting. Penilai dituntut memiliki pemahaman mendalam terhadap aset tak berwujud seperti hak cipta, paten, merek dagang, dan konten digital.

“Penilaian kekayaan intelektual yang tepat dapat membuka akses pembiayaan baru bagi pelaku usaha, serta menciptakan transparansi dalam pengelolaan aset kreatif,” jelas Budi.

Tema ketiga menyoroti pentingnya tanggung jawab sosial dalam penilaian, khususnya dalam konteks pengadaan tanah dan penilaian tanah yang belum terdaftar. Praktik penilaian harus tetap menjunjung tinggi prinsip keadilan, kewajaran, dan transparansi, sekaligus mempertimbangkan dampak sosial terhadap masyarakat.

“MAPPI berkomitmen untuk terus memajukan profesi Penilai di Indonesia dengan mengedepankan standar internasional dan integritas, bahkan dalam kondisi ekonomi global yang tidak menentu,” tambahnya.



You May Also Like

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *