loading…
Indonesia pernah menjadi raja singkong dunia pada periode 1960-1980 namun sekarang kalah dengan Thailand dan Vietnam. FOTO/dok.SINDOnews
Hal tersebut disampaikan Prabowo dalam pidato awal jabatannya sebagai Presiden di Sidang Paripurna MPR, Kompleks Parlemen, Jakarta, Minggu (20/10/2024). Pidato disampaikan seusai mengucapkan sumpah janji dan jabatan sebagai Presiden-Wakil Presiden periode 2024-2029.
Dalam pidatonya, Prabowo menyatakan telah mencanangkan agar Indonesia segera swasembada pangan. Swasembada pangan ditegaskannya harus direalisasikan dalam waktu cepat.
“Kita tidak boleh tergantung sumber makanan dari luar. Dalam krisis, dalam keadaan genting, tidak ada yang akan mengizinkan barang-barang mereka untuk kita beli. Karena itu, tidak ada jalan lain, dalam waktu segera kita harus mencapai ketahanan pangan,” tambahnya.
Ia mengaku telah mempelajari persoalan pangan di Indonesia bersama pakar-pakar yang membantunya. Dari hasil kajian itu, ia yakin paling lambat dalam waktu empat hingga lima tahun, swasembada pangan bisa terwujud. ”Bahkan, kita siap menjadi lumbung pangan dunia,” ujarnya.
Guru Besar Pertanian Universitas Jember Prof. Ahmad Subagyo menilai apa yang dicita-citakan oleh Prabowo memiliki tantanga berat. Mengingat Indonesia sekarang merupakan negara net importir pangan.
“Belum lagi, banyak hal dari sistem pangan kita yang sangat jelek karena kita lebih menekankan tentang komoditas mayoritas. Komoditas mayoritas itu artinya hanya komoditas-komoditas tertentu yang kita gunakan mengesampingkan komoditas potensial lainnya,” ujar dia kepada SINDOnews, Senin (21/10/2024).
Menurut dia dalam upaya mencapai swasembada pangan diperlukan strategi tepat untuk menghidupkan kembali seluruh potensi pangan yang dimiliki Indonesia. Tidak hanya bertumpu pada komoditas padi, tapi perlu melirik komoditas lain seperti singkong yang sempat menjadi andalan bagi Indonesia.
“Kita memang sudah ketinggalan untuk pengembangan dari komoditas-komoditas selain non-padi. Kita ketinggalan jauh yang semestinya semula singkong kita bisa menjadi raja di tahun 1960-1980. Namun, kerajaan singkong dunia itu sudah diambil alih oleh Thailand dan kita justru meluncur jatuh di bawah Vietnam,” kata dia.
Untuk menghidupkan kembali komoditas pangan selain padi, kata dia, diperlukan bantuan subsidi hingga perlindungan bagi petani agar harga bisa bersaing dengan komoditas lain di pasaran.
“Nah, ini yang mestinya dipikirkan dengan baik oleh tim-nya Prabowo, agar strategi ini berkembang, agar menguntungkan bagi kita. Petaninya untung dan kemudian industri pengolahannya baik itu intermediate produk maupun turunannya itu juga berkembang dengan baik, karena mendapatkan suplai bahan baku yang bermutu, kontinyu dan harga bersaing,” kata dia.
(nng)