Customize Consent Preferences

We use cookies to help you navigate efficiently and perform certain functions. You will find detailed information about all cookies under each consent category below.

The cookies that are categorized as "Necessary" are stored on your browser as they are essential for enabling the basic functionalities of the site. ... 

Always Active

Necessary cookies are required to enable the basic features of this site, such as providing secure log-in or adjusting your consent preferences. These cookies do not store any personally identifiable data.

No cookies to display.

Functional cookies help perform certain functionalities like sharing the content of the website on social media platforms, collecting feedback, and other third-party features.

No cookies to display.

Analytical cookies are used to understand how visitors interact with the website. These cookies help provide information on metrics such as the number of visitors, bounce rate, traffic source, etc.

No cookies to display.

Performance cookies are used to understand and analyze the key performance indexes of the website which helps in delivering a better user experience for the visitors.

No cookies to display.

Advertisement cookies are used to provide visitors with customized advertisements based on the pages you visited previously and to analyze the effectiveness of the ad campaigns.

No cookies to display.

Perang Dagang China dan AS Makin Panas, Beijing Terapkan Tarif 15%



loading…

China balik menampar Amerika Serikat (AS) dengan tarif 15% sebagai respons atas kenaikan tarif Trump terbaru terhadap barang-barang China. Foto/Dok

JAKARTAChina balik menampar Amerika Serikat (AS) dengan tarif 15% terhadap berbagai komoditas makanan yang diimpor dari AS dan memperluas pengawasan terkait kerja sama bisnis dengan perusahaan Amerika. Respons atas kenaikan tarif terbaru Washington terhadap barang-barang China, membuat tensi perang dagang kedua negara semakin panas.

Kementerian Perdagangan China mengumumkan pungutan 15% untuk impor ayam, gandum, jagung dan kapas dari AS, serta tarif 10% pada sorgum Amerika, kedelai, babi, daging sapi, produk akuatik, buah-buahan, sayuran, hingga produk susu. Langkah-langkah tersebut mulai berlaku pada 10 Maret 2025, menurut pernyataan resmi kementerian.

Pada saat yang sama, pemerintah China menempatkan 15 perusahaan AS di bawah pembatasan ekspor dan investasi, dengan alasan masalah keamanan nasional. Beijing juga mulai melakukan tindakan hukum terhadap Washington, dengan melaporkannya kepada Organisasi Perdagangan Dunia (WTO).

China mengklaim bahwa tarif sepihak AS melanggar aturan organisasi dan merusak fondasi kerja sama ekonomi dan perdagangan. Seperti diketahui pada awal pekan ini, AS menggandakan tarif pada semua impor China dari 10% menjadi 20%.

Presiden Donald Trump beralasan, tarif tersebut sebagai respon AS atas dugaan peran negara itu dalam produksi fentanyl, opioid sintetis yang mematikan. Tak hanya China, dalam upaya menekan peredaran obat terlarang, Trump juga menjatuhkan tarif tinggi kepada Meksiko.

Juru bicara Kementerian Luar Negeri China, Lin Jian menyebut masalah fentanil menurutnya hanya sebagai “alasan” untuk menaikkan tarif AS pada impor China.

“Seharusnya AS sendiri yang bertanggung jawab atas krisis fentanil, bukan orang lain. Dalam semangat kemanusiaan dan niat baik terhadap rakyat Amerika, kami telah mengambil langkah-langkah kuat untuk membantu AS dalam menangani masalah ini… Alih-alih mengakui upaya kami, AS telah berusaha mencoreng dan mengalihkan kesalahan kepada China, serta terus menekan dan memeras China dengan kenaikan tarif,” kata juru bicara itu.

Kebijakan Washington dan respons Beijing dipandang oleh para ekonom sebagai babak baru dalam perang dagang skala besar antara dua ekonomi terbesar dunia, yang diprakarsai oleh Presiden AS Donald Trump seperti selama masa jabatan presiden pertamanya.

Bea kumulatif 20% yang diperkenalkan tahun ini datang di atas tarif hingga 25% yang dikenakan oleh pemerintahannya pada impor AS dari China senilai sekitar USD370 miliar pada periode 2018 dan 2019.

(akr)



You May Also Like

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *