PEP Pendopo Field Ciptakan Inovasi Korosi Inhibitor Berbasis Pinang



loading…

PEP Pendopo Field menggandeng masyarakat dan pemda memaksimalkan potensi pinang lokal di Musi Rawas. FOTO/Ist/Dok.

JAKARTA – Setelah berhasil melestarikan dan mendorong ekspor pinang lokal, Pinang Batara, di Desa Sukakarya, Kecamatan STL Ulu Terawas, Kabupaten Musi Rawas, Sumatera Selatan, PT Pertamina EP (PEP) Pendopo Field berinovasi menciptakan korosi inhibitor berbasis ekstrak buah pinang.

Pemanfaatan ekstrak pinang sebagai korosi inhibitor tersebut merupakan bagian dari Creating Shared Value (CSV) dari PEP Pendopo Field. Berkolaborasi dengan Fakultas MIPA Universitas Gadjah Mada (UGM), PEP Pendopo Field berhasil memformulasikan korosi inhibitor alami serta mentransfer pengetahuan tersebut kepada masyarakat setempat.

“Korosi inhibitor alami ini tidak hanya lebih ekonomis, tetapi juga lebih ramah lingkungan dan aman bagi kesehatan,” ungkap Senior Manager Pendopo Field I Wayan Sumerta melalui keterangan pers, Kamis (26/9/2024).

Wayanmenjelaskan, berdasarkan kajian Fakultas MIPA UGM, biaya produksi cairan antikorosi dari biji pinang tua berkisar antara Rp27.268 hingga Rp37.555 per liter. Biaya tersebut jauh lebih rendah ketimbang cairan inhibitor berbasis bahan kimia yang harganya mencapai Rp34.000 hingga Rp51.750 per liter. Artinya, penggunaan korosi inhibitor alami berbasis pinang tersebut mampu menghemat biaya 13% hingga 27%.

Wayan mengatakan, keberhasilan PEP Pendopo Field merealisasikan pendekatan CSV tidak lepas dari kemampuan perusahaan dalam membaca potensi desa yang sejalan dengan inti bisnis perusahaan. “Dengan pendekatan ini, perusahaan bisa tumbuh bersama masyarakat,” tandasnya.

Guna memberikan manfaat yang lebih besar kepada masyarakat dan mengatasi rendahnya harga pinang di pasar lokal, PEP Pendopo Field bekerja sama dengan Pemerintah Kabupaten Musi Rawas, Pemerintah Kecamatan STL Ulu Terawas, dan sejumlah pemerintah desa setempat mendorong kelompok mitra binaannya untuk melakukan ekspor pinang. Langkah pertama dari kegiatan ini adalah dengan memberikan pelatihan ekspor kepada warga. Warga kemudian menerapkan keterampilan memilah pinang layak ekspor, mengumpulkannya, dan menjualnya ke eksportir pinang.

Ketua Kelompok Wanita Tani (Melati) Suhartini menjelaskan, harga pinang tua di pasar lokal sekitar Rp4.000 per kilogram (kg). Dengan upaya mendorong pasar ke level internasional ini, warga bisa mendapatkan harga lebih tinggi, yakni sebesar Rp6.000 per kg.

Community Development Officer PEP Pendopo Field Erwinton Simatupang mengatakan, upaya mendorong ekspor pinang dengan melibatkan warga dan pemerintah daerah juga mencerminkan pendekatan CSV. Pada titik ini, PEP Pendopo Field berupaya membangun kluster industri lokal melalui kerja sama antara berbagai entitas, seperti pemerintah, lembaga masyarakat, dan bisnis.

“Mendorong ekspor pinang memungkinkan adanya pasar yang adil dan terbuka bagi masyarakat, dan pada akhirnya mendorong peningkatan kualitas dan efisiensi produksi pinang. Akses ke pasar yang lebih besar juga meningkatkan pendapatan masyarakat dan daya saing produk lokal di pasar global,” jelas Erwinton.

Apresiasi pun diutarakan Camat STL Ulu Terawas Muhammad Pahip, atas apa yang sudah dilakukan PEP Pendopo Field. Terlebih, kegiatan yang semula hanya berfokus di Desa Sukakarya itu, kini telah menyebar ke desa lainnya di Kecamatan STL Ulu Terawas, bahkan Kabupaten Musi Rawas. “Perusahaan lain bisa menjadikan PEP Pendopo Field sebagai contoh baik dalam campur tangan bisnis pada isu sosial dan lingkungan,” tegasnya.

(fjo)



You May Also Like

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *