Peminat BRICS di Antara Negara Berkembang Membeludak, Ini Sebabnya



loading…

Presiden Rusia Vladimir Putin di sela 10th BRICS Parliamentary Forum di St.Petersburg, Rusia, Juli lalu. FOTO/Ilustrasi/EPA

JAKARTA – Selain pengajuan resmi dari Malaysia, beberapa negara seperti Belarusia dan El Salvador juga telah menambah jumlah negara-negara yang ingin bergabung dengan BRICS. Meningkatnya minat negara-negara tersebut dinilai mencerminkan kebulatan suara atau konsensus yang kuat di antara negara-negara berkembang tentang pentingnya mekanisme kerja sama seperti yang ditawarkan organisasi ini.

Menurut Kantor Berita Xinhua pada hari Minggu (28/7), Malaysia telah mengirimkan surat permohonan untuk bergabung dengan BRICS kepada Rusia, ketua bergilir BRICS, yang menyatakan keterbukaan untuk berpartisipasi sebagai negara anggota atau sebagai mitra strategis.

Kantor Berita BelTA pada hari Senin (29/7) mengutip Menteri Luar Negeri Belarusia Maksim Ryzhenkov yang mengatakan bahwa Belarus berharap untuk menjadi salah satu dari 10 negara teratas yang mendapatkan status mitra kerja sama BRICS. Menurut Ryzhenkov, negaranya memandang BRICS sebagai platform efisien yang mempertemukan para pemain kekuatan global, tempat Belarusia bisa mempromosikan kepentingan kebijakan luar negerinya, membangun hubungan ekonomi, dan mengembangkan perdagangan.

Dalam perkembangan lain, El Salvador dilaporkan tengah mempelajari kemungkinan bergabung dengan BRICS dan mungkin akan mengajukan permohonan untuk bergabung dalam satu hingga dua tahun ke depan. Menurut kantor berita Sputnik, El Salvador tertarik untuk menyedot investasi asing, terutama dari negara-negara BRICS, karena negara tersebut memahami bahwa mereka perlu mendiversifikasi hubungan ekonominya dan tidak hanya berfokus pada AS dan Bank Dunia.

“Semakin banyak negara yang ingin bergabung dengan BRICS menunjukkan efektivitas mekanisme kerja sama ini, yang memiliki daya tarik kuat bagi negara-negara berkembang,” kata Song Wei, profesor dari Sekolah Hubungan Internasional dan Diplomasi di Universitas Studi Luar Negeri Beijing, seperti dilansir Global Times, Rabu (31/7).

Menurut dia, BRICS telah memperkuat konsensus di antara negara-negara berkembang dan telah muncul sebagai pendukung kuat bagi kebutuhan pembangunan negara-negara ini. “Baik dalam memajukan kolaborasi ekonomi atau mengadvokasi tata kelola global yang lebih adil, BRICS secara konsisten memperjuangkan kepentingan praktis negara-negara berkembang,” kata Song.

Song mencatat bahwa negara-negara pemohon ini, yang terletak di berbagai benua, telah mengalami perkembangan pesat dalam beberapa tahun terakhir. Sebagai respons terhadap kebutuhan pembangunan mereka yang terus meningkat, mereka berupaya memanfaatkan mekanisme BRICS untuk membuka peluang baru bagi pertumbuhan yang berkelanjutan.

BRICS adalah akronim untuk mekanisme kerja sama pasar berkembang yang awalnya mencakup Brasil, Rusia, India, China, dan Afrika Selatan. Pada bulan Januari, blok tersebut memperluas keanggotaannya hingga mencakup Arab Saudi, Mesir, Uni Emirat Arab, Iran, dan Ethiopia. Selain itu, lebih dari 30 negara, termasuk Vietnam, Venezuela, dan Kazakhstan, telah menyuarakan ketertarikan untuk bergabung.



You May Also Like

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *