Customize Consent Preferences

We use cookies to help you navigate efficiently and perform certain functions. You will find detailed information about all cookies under each consent category below.

The cookies that are categorized as "Necessary" are stored on your browser as they are essential for enabling the basic functionalities of the site. ... 

Always Active

Necessary cookies are required to enable the basic features of this site, such as providing secure log-in or adjusting your consent preferences. These cookies do not store any personally identifiable data.

No cookies to display.

Functional cookies help perform certain functionalities like sharing the content of the website on social media platforms, collecting feedback, and other third-party features.

No cookies to display.

Analytical cookies are used to understand how visitors interact with the website. These cookies help provide information on metrics such as the number of visitors, bounce rate, traffic source, etc.

No cookies to display.

Performance cookies are used to understand and analyze the key performance indexes of the website which helps in delivering a better user experience for the visitors.

No cookies to display.

Advertisement cookies are used to provide visitors with customized advertisements based on the pages you visited previously and to analyze the effectiveness of the ad campaigns.

No cookies to display.

Pemangkasan Anggaran Bisa Ganggu Target Pertumbuhan Ekonomi 8%



loading…

Diskusi bertajuk Pertumbuhan Ekonomi 8%: Utopis atau Realistis?, yang digelar Jaringan Cendekiawan Muda, di Jakarta, Rabu (12/2/2025). FOTO/dok.SINDOnews

JAKARTAEfisiensi anggaran yang sedang digalalakkan pemerintah hingga Rp306 triliun berpotensi menghambat target pertumbuhan ekonomi 8%. Pemerintah perlu memperhatikan sektor manufaktur, investasi, produktivitas tenaga kerja dan stabilitas politik.

“Tata kelola pemerintahan juga harus berjalan dengan baik untuk mendukung pertumbuhan ekonomi 8%,” ujar Sekretaris Jenderal Pimpinan Pusat (PP) Hima Persis, Hafidh Fadhlurrohman, dalam acara diskusi bertajuk “Pertumbuhan Ekonomi 8%: Utopis atau Realistis?”, yang digelar Jaringan Cendekiawan Muda, Rabu (12/2/2025).

Direktur Center of Reform on Economics (CORE) Indonesia, Mohammad Faisal berpendapat, pertumbuhan ekonomi mencapai 8% masih memungkinkan dengan syarat adanya terobosan dan akselerasi yang signifikan. Untuk mencapai angka tersebut, pemerintah perlu meningkatkan kualitas SDM, kesiapan infrastruktur dan optimlaisasi pengelolaan program prioritas. Tak hanya itu, pembengkakan kabinet dapat menjadi faktor yang perlu diperhatikan.

“Efisiensi memang diperlukan untuk meminimalisir potensi mark-up anggaran. Namun perlu kehati-hatian dalam penerapannya agar tidak menghambat kinerja pemerintah,” katanya.

Pada kesempatan yang sama, Direktur Eksekutif Institute for Development of Economics and Finance (INDEF), Esther Sri Astuti mengatakan, tidak ada negara yang dapat mencapai status negara maju apabila masih terjebak dalam Middle-Income Trap (MBG).

“Belanja pemerintah perlu dikelola dengan cermat agar tidak menciptakan kerentanan terhadap pertumbuhan ekonomi di masa depan,” ujar Esther.

Menyikapi pandangan tersebut, Deputi Kantor Komunikasi Kepresidenan (PCO), M. Isra Ramli menegaskan, penambahan jumlah kementerian dalam kabinet tidak serta-merta menyebabkan pemborosan. Saat ini terdapat 48 kementerian dari sebelumnya 34. Namun, hal ini tidak lantas menjadi beban anggaran. Pasalnya, efisiensi yang dilakukan justru bertujuan untuk menghapus program-program yang tidak memberikan manfaat langsung bagi rakyat.

“Penghematan anggaran justru sangat diperlukan mengingat adanya anomali dalam realisasi anggaran di beberapa kementerian,” ujarnya.

Isra menegaskan, efisiensi yang dilakukan pemerintah ini dapat berdampak pada pengusaha yang selama ini mendapatkan proyek dari kementerian yang tidak berjalan secara efektif. Perdebatan mengenai efisiensi anggaran dan strategi pertumbuhan ekonomi ini menunjukkan bahwa kebijakan pemerintah harus dilakukan dengan keseimbangan yang tepat.

“Di satu sisi, efisiensi menjadi langkah penting untuk menjaga kredibilitas fiskal. Namun, di sisi lain, pemerintah juga harus memastikan bahwa pemangkasan anggaran tidak menghambat program strategis yang dapat mendorong pertumbuhan ekonomi berkelanjutan,” ucapnya.

(nng)



You May Also Like

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *