Customize Consent Preferences

We use cookies to help you navigate efficiently and perform certain functions. You will find detailed information about all cookies under each consent category below.

The cookies that are categorized as "Necessary" are stored on your browser as they are essential for enabling the basic functionalities of the site. ... 

Always Active

Necessary cookies are required to enable the basic features of this site, such as providing secure log-in or adjusting your consent preferences. These cookies do not store any personally identifiable data.

No cookies to display.

Functional cookies help perform certain functionalities like sharing the content of the website on social media platforms, collecting feedback, and other third-party features.

No cookies to display.

Analytical cookies are used to understand how visitors interact with the website. These cookies help provide information on metrics such as the number of visitors, bounce rate, traffic source, etc.

No cookies to display.

Performance cookies are used to understand and analyze the key performance indexes of the website which helps in delivering a better user experience for the visitors.

No cookies to display.

Advertisement cookies are used to provide visitors with customized advertisements based on the pages you visited previously and to analyze the effectiveness of the ad campaigns.

No cookies to display.

Panas Bumi Katalisator Utama Transisi Energi



loading…

Direktur Utama PGE Julfi Hadi dalam diskusi di Conference of the Parties (COP) 29 di Baku, Azerbaijan. FOTO/Ist

JAKARTA – PT Pertamina Geothermal Energy Tbk ( PGE ) menyoroti peran panas bumi sebagai katalisator utama dalam transisi energi dan solusi strategis menghadapi krisis iklim dalam Conference of the Parties (COP) 29 di Baku, Azerbaijan. Pengembangan panas bumi juga diyakini akan menjadikan Indonesia sebagai raksasa energi hijau.

Dalam panel diskusi bertema “Transisi Energi: Inovasi, Pendekatan Keberlanjutan, Upaya Strategis, dan Inisiatif untuk Mencapai Target Iklim Indonesia” di paviliun Indonesia pada COP 29, Rabu (13/11), Direktur Utama PGE Julfi Hadi menyampaikan Indonesia memiliki potensi energi baru terbarukan (EBT) yang luar biasa, terutama energi panas bumi yang paling cocok menggantikan peran energi fosil.

“Sebagai negara dengan potensi panas bumi terbesar kedua di dunia, Indonesia memiliki tanggung jawab dan peluang besar menjadi pemimpin transisi energi global. Dengan karakteristiknya sebagai energi baseload, panas bumi adalah solusi ideal untuk menggantikan bahan bakar fosil, mendorong agenda transisi ke energi bersih dan mengurangi laju perubahan iklim,” ujar Julfi Hadi melalui keterangan pers, Kamis (14/11/2024).

Julfi menambahkan, transisi ke energi hijau merupakan kebutuhan yang mendesak, terutama bagi Indonesia sebagai negara kepulauan yang sangat rentan terhadap dampak perubahan iklim. Namun, imbuh dia, ada sejumlah tantangan dalam pengembangan energi panas bumi, sehingga dari total sumber daya 24 GW yang dimiliki Indonesia, baru sekitar 10% yang telah dimanfaatkan.

Karena itu, tegas dia, dengan semangat COP29, perlu kolaborasi global untuk mempercepat pengembangan energi panas bumi. Tantangan pengembangan panas bumi menurutnya cukup beragam, mulai dari aspek teknis, regulasi, hingga pembiayaan. Dengan kerja sama global, tegas dia, tantangan-tantangan ini dapat diubah menjadi peluang.

“Negara-negara di dunia perlu mendorong terciptanya ekosistem yang mendukung pengembangan panas bumi, terutama melalui penguatan sektor keuangan hijau. Investasi yang lebih besar di sektor ini adalah kunci untuk mempercepat transisi menuju masa depan yang lebih bersih,” tegas Julfi.

Percepatan pengembangan panas bumi, kata Julfi, akan membuat Indonesia berpotensi menjadi raksasa energi hijau dunia. Ini selaras dengan peta jalan EBT nasional yang menargetkan kapasitas terpasang panas bumi sebesar 10,5 GW pada 2035. Target ini diharapkan menarik investasi sebesar USD17-18 miliar, berkontribusi hingga USD22 miliar pada PDB, serta menciptakan hingga 1 juta lapangan kerja.

Untuk mendukung visi tersebut, lanjut Julfi, PGE terus berkomitmen meningkatkan kapasitas terpasang hingga 1,5 GW pada 2030 melalui implementasi paradigma baru pengembangan panas bumi yang lebih efisien dan inovatif. Sementara pendekatan yang dilakukan PGE adalah pengembangan secara bertahap untuk meminimalisasi risiko; penerapan teknologi baru untuk meningkatkan efisiensi; kolaborasi untuk meningkatkan volume dan konsolidasi pasar; pengembangan bisnis hijau baru, seperti hidrogen hijau dan amonia hijau; dan promosi lokalisasi teknologi dengan mendorong manufaktur lokal komponen utama pembangkit panas bumi.

“Potensi energi baru dan terbarukan terutama panas bumi adalah kekuatan besar yang tidak hanya mendukung Indonesia memperkuat komitmen iklim dan mencapai target nol emisi pada 2060, tetapi juga mendukung pembangunan ekonomi berkelanjutan dan swasembada energi nasional,” tutup Julfi Hadi.

(fjo)



You May Also Like

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *