Customize Consent Preferences

We use cookies to help you navigate efficiently and perform certain functions. You will find detailed information about all cookies under each consent category below.

The cookies that are categorized as "Necessary" are stored on your browser as they are essential for enabling the basic functionalities of the site. ... 

Always Active

Necessary cookies are required to enable the basic features of this site, such as providing secure log-in or adjusting your consent preferences. These cookies do not store any personally identifiable data.

No cookies to display.

Functional cookies help perform certain functionalities like sharing the content of the website on social media platforms, collecting feedback, and other third-party features.

No cookies to display.

Analytical cookies are used to understand how visitors interact with the website. These cookies help provide information on metrics such as the number of visitors, bounce rate, traffic source, etc.

No cookies to display.

Performance cookies are used to understand and analyze the key performance indexes of the website which helps in delivering a better user experience for the visitors.

No cookies to display.

Advertisement cookies are used to provide visitors with customized advertisements based on the pages you visited previously and to analyze the effectiveness of the ad campaigns.

No cookies to display.

Negara Ini Sedang Berburu Harta Karun Mineral Langka di Afrika dan Australia



loading…

Negara yang digadang-gadang bakal menjadi ekonomi terbesar ketiga di dunia, membawa misi untuk mengeruk harta karun mineral langka dari Zambia, Kongo, dan Australia. Foto/Dok Energy Capital

JAKARTA – India sedang mencari peluang pertambangan untuk mengakses mineral langka seperti lithium, kobalt, tembaga hingga logam tanah jarang dari Zambia, Kongo, dan Australia. Hal ini disampaikan oleh Sekretaris Pertambangan India, V.L. Kantha Rao.

Pejabat itu mengatakan kepada wartawan, bahwa pemerintah di negara-negara ini sedang bekerja sama dengan konsorsium perusahaan negara India (KABIL).

“Melalui misi ini, kami sedang berupaya mendapatkan aset mineral penting untuk eksplorasi dan pertambangan,” katanya.

Mineral kritis saat ini menjadi incaran banyak seiring, lantaran peran pentingnya dalam produksi teknologi seperti smartphone dan kendaraan listrik. Harta karun mineral tersebut di antaranya termasuk kobalt, tembaga, litium, nikel, dan logam tanah jarang.

Pemerintah Zambia baru-baru ini setuju memberikan kepada India area seluas 9.000 km persegi yang bakal dieksplorasi untuk mendapatkan kobalt dan tembaga. Dia menunjukkan, bahwa proses eksplorasi diperkirakan akan memakan waktu dua hingga tiga tahun, dan pemerintah berharap bisa mengamankan hak penambangan setelahnya.

Pengamat industri seperti dilansir RT menerangkan, ketika dunia semakin beralih ke energi yang lebih bersih dan berkelanjutan, permintaan lithium meningkat. Dalam konteks ini, New Delhi berupaya mengurangi ketergantungan pada impor, terutama dari China, yang saat ini mendominasi sektor teknologi pengolahan lithium.

Pada bulan Januari, pemerintah India menyetujui Misi Mineral Kritis Nasional senilai USD1,9 miliar, sebuah kerangka kerja untuk kemandirian negara di sektor ini.

Menteri Pertambangan, G. Kishan Reddy memberikan catatan bahwa blok lithium sangat diminati, dan Survei Geologi India telah mengidentifikasi beberapa blok lithium di negara bagian utara Jammu dan Kashmir, dan Chhattisgarh. Dia menyatakan, bahwa kejelasan seputar eksplorasi blok diharapkan dapat dicapai pada akhir April atau Mei 2025, dan selanjutnya, blok tersebut akan dilelang.

India sedang berburu mineral kritis, lantaran kurangnya ketersediaan yang memadai di dalam negeri. Pada Desember 2024, pemerintah India membatalkan lelang 11 lokasi pertambangan mineral kritis karena kurangnya minat, seperti dilaporkan kantor berita PTI.

Pasokan lithium global saat ini didominasi oleh Australia dan “Segitiga Lithium”, yang terdiri dari Chili, Argentina, dan Bolivia. Bersama-sama, negara-negara ini memegang lebih dari 75% cadangan lithium dunia, yang sebagian besar pasokan ini dikirim ke China untuk diproses.

https://www.youtube.com/watch?v=aeZOJl

(akr)



You May Also Like

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *