Customize Consent Preferences

We use cookies to help you navigate efficiently and perform certain functions. You will find detailed information about all cookies under each consent category below.

The cookies that are categorized as "Necessary" are stored on your browser as they are essential for enabling the basic functionalities of the site. ... 

Always Active

Necessary cookies are required to enable the basic features of this site, such as providing secure log-in or adjusting your consent preferences. These cookies do not store any personally identifiable data.

No cookies to display.

Functional cookies help perform certain functionalities like sharing the content of the website on social media platforms, collecting feedback, and other third-party features.

No cookies to display.

Analytical cookies are used to understand how visitors interact with the website. These cookies help provide information on metrics such as the number of visitors, bounce rate, traffic source, etc.

No cookies to display.

Performance cookies are used to understand and analyze the key performance indexes of the website which helps in delivering a better user experience for the visitors.

No cookies to display.

Advertisement cookies are used to provide visitors with customized advertisements based on the pages you visited previously and to analyze the effectiveness of the ad campaigns.

No cookies to display.

Menakar Kerugian Para Importir dari Dampak Pelarangan Truk Sumbu 3 Saat Lebaran



loading…

Pelarangan truk sumbu 3 saat Lebaran, bakal berdampak kepada para importir, salah satunya bakal mengganggu ketersediaan stok bahan baku di pabrik. Foto/Dok

JAKARTAPelarangan truk sumbu 3 saat Lebaran, bakal berdampak kepada para importir, salah satunya bakal mengganggu ketersediaan stok bahan baku di pabrik. Wakil Ketua Gabungan Importir Nasional Seluruh Indonesia (GINSI) Jawa Timur, Medy Prakoso mengatakan, dampak yang ditimbulkan kebijakan pelarangan truk sumbu 3 saat Lebaran terhadap para importir itu sangat panjang.

Selain akan menyebabkan terganggunya ketersediaan bahan baku di pabrik, tenaga kerjanya juga akan banyak yang menganggur. “Ketersedian bahan bakunya terhambat. Akibatnya, para pekerjanya juga kan terpaksa banyak yang menganggur karena nggak ada kerjaan,” ujarnya.

Sementara lanjutnya jika mesin pabrik sudah start, itu tidak bisa berhenti lagi. Sebab menurutnya dibutuhkan biaya lebih besar lagi jika harus dihentikan dan menghidupkan mesinnya kembali. “Tapi ya itu, biaya listriknya kan jalan terus, air harus bayar, dan pajaknya juga harus tetap bayar. Jadi, dampak pelarangan itu terhadap kami para importir cukup luas,” katanya.

Menurut Widy jika tetap harus menggunakan truk sumbu 2, biaya yang dikeluarkan para importir akan sangat besar. Belum lagi untuk biaya-biaya di pelabuhan seperti storage dan biaya gangguan di jalan. “Jadi apalagi keuntungan yang bisa kita peroleh dari hasil kerja keras kita sebagai importir,” ungkapnya.

Dia juga menegaskan, operasional para importir tidak bisa mengikuti jadwal libur yang ditetapkan pemerintah. Hal itu disebabkan para importir itu sudah memiliki jadwal yang direncanakan sejak lama untuk pembelian dan stok.

Menurutnya di importir itu ada yang namanya PPIC (Production Plan Inventory Control) dan FIFO (First In First Out) yang dibuat untuk merancang dan mengontrol semua proses produksi.

“Jadi importir itu sudah memiliki jadwal yang sudah direncanakan sekian lama. Kita ini sudah membuat rencana sendiri untuk pembelian dan stok, termasuk untuk memenuhi stok saat Lebaran dan Nataru. Jadi, kami tidak bisa mengikuti jadwal-jadwal pemerintah,” katanya.

Artinya lanjutnya, bagaimana pengadaan barang itu semua sudah disesuaikan dengan jadwal pengirimannya. Jadi, menurutnya, para importir itu kalau mau produksi sudah menghitung kapan bahan baku itu dibutuhkan dan berapa besar kebutuhannya. “Kita semua ada takarannya, termasuk saat menyambut Lebaran nanti, Jadi, tidak bisa ujug-ujug kita hentikan pengiriman bahan bakunya hanya karena libur Lebaran,” tuturnya.

Jadi tegasnya, para importir itu memiliki jadwal-jadwal yang sudah tertata. Biasanya, menurutnya, dalam awal tahun atau bahkan akhir tahun para importir itu sudah membuat jadwal-jadwal pengiriman barangnya.



You May Also Like

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *