Customize Consent Preferences

We use cookies to help you navigate efficiently and perform certain functions. You will find detailed information about all cookies under each consent category below.

The cookies that are categorized as "Necessary" are stored on your browser as they are essential for enabling the basic functionalities of the site. ... 

Always Active

Necessary cookies are required to enable the basic features of this site, such as providing secure log-in or adjusting your consent preferences. These cookies do not store any personally identifiable data.

No cookies to display.

Functional cookies help perform certain functionalities like sharing the content of the website on social media platforms, collecting feedback, and other third-party features.

No cookies to display.

Analytical cookies are used to understand how visitors interact with the website. These cookies help provide information on metrics such as the number of visitors, bounce rate, traffic source, etc.

No cookies to display.

Performance cookies are used to understand and analyze the key performance indexes of the website which helps in delivering a better user experience for the visitors.

No cookies to display.

Advertisement cookies are used to provide visitors with customized advertisements based on the pages you visited previously and to analyze the effectiveness of the ad campaigns.

No cookies to display.

Lagi Perang, Pakistan Mengamankan Pinjaman IMF Rp16,3 Triliun



loading…

Dana Moneter Internasional (IMF) menyetujui program pinjaman Pakistan setelah tinjauan pertama di bawah Extended Fund Facility (EFF), melepaskan pendanaan sekitar USD1 miliar. Foto/Dok

JAKARTADana Moneter Internasional (IMF) menyetujui program pinjaman Pakistan setelah tinjauan pertama di bawah Extended Fund Facility (EFF), melepaskan pendanaan sekitar USD1 miliar atau setara Rp16,3 triliun (kurs Rp16.311 per USD).

Pencairan terbaru ini membawa total pendanaan dalam fasilitas EFF senilai USD7 miliar selama 37 bulan menjadi USD2,1 miliar. “Hal ini memberikan dorongan signifikan bagi pembiayaan eksternal Pakistan saat negara itu melanjutkan upayanya untuk menstabilkan ekonomi,” menurut pernyataan IMF .

Baca Juga: Perbandingan Ekonomi India dengan Pakistan: Bak Langit dan Bumi

Dewan eksekutif IMF juga menyetujui permintaan Pakistan untuk fasilitas baru senilai USD1,4 miliar di bawah Resilience and Sustainability Facility (RSF) untuk meningkatkan ketahanan iklim dan bencana negara tersebut.

Fasilitas ini akan membantu Pakistan mengatasi kerentanan terkait iklim dengan meningkatkan efisiensi investasi publik, memperbaiki manajemen sumber daya air, dan memperkuat koordinasi untuk respons bencana.

Aturan EFF, yang disetujui pada September 2024 memiliki fokus pada pemulihan stabilitas makroekonomi Pakistan, memperluas basis pajak, membangun kembali cadangan asing, mereformasi perusahaan milik negara (SOEs), dan memperkuat sektor energi.

Ekonomi Pakistan

IMF mencatat ada kemajuan dalam kinerja Pakistan di bawah EFF di tengah lingkungan global yang menantang, karena negara tersebut mencatat surplus fiskal primer sebesar 2% dari PDB pada paruh pertama tahun 2025, menjaga agar tetap pada jalur untuk memenuhi target akhir tahun sebesar 2,1%.

Sementara itu inflasi turun tajam menjadi hanya 0,3% pada bulan April, yang merupakan angka terendah dalam sejarah, memungkinkan Bank Negara Pakistan (SBP) untuk memangkas suku bunga.

“Kebijakan moneter harus tetap ketat dan bergantung pada data untuk memastikan inflasi terjaga dalam kisaran target SBP,” kata Wakil Direktur Pelaksana IMF, Nigel Clarke.

Selain itu Ia juga menambahkan bahwa nilai tukar yang lebih fleksibel akan membantu menyerap guncangan eksternal dan domestik serta mendukung pemulihan cadangan. Ia juga menyerukan tindakan cepat untuk menangani lembaga keuangan yang kekurangan modal.

Cadangan devisa Pakistan tercatat mencapai USD10,3 miliar pada akhir April 2025, atau meningkat dari USD9,4 miliar pada Agustus 2024, dan diharapkan naik menjadi USD13,9 miliar pada akhir Juni. Namun, risiko terhadap prospek negara tetap tinggi akibat ketidakpastian kebijakan ekonomi global, meningkatnya ketegangan geopolitik, dan kerentanan domestik yang terus-menerus mengancam.

Baca Juga: IMF Pangkas Proyeksi PDB 3 Negara Ekonomi Utama Asia

Clarke mendesak pihak berwenang untuk mempertahankan kebijakan makroekonomi yang sehat dan mempercepat reformasi demi melindungi pencapaian ekonomi terbaru serta mendukung pertumbuhan yang lebih kuat, berkelanjutan, dan dipimpin oleh sektor swasta dalam jangka menengah.

https://www.youtube.com/watch?v=BF7d4fpZg

(akr)



You May Also Like

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *