Customize Consent Preferences

We use cookies to help you navigate efficiently and perform certain functions. You will find detailed information about all cookies under each consent category below.

The cookies that are categorized as "Necessary" are stored on your browser as they are essential for enabling the basic functionalities of the site. ... 

Always Active

Necessary cookies are required to enable the basic features of this site, such as providing secure log-in or adjusting your consent preferences. These cookies do not store any personally identifiable data.

No cookies to display.

Functional cookies help perform certain functionalities like sharing the content of the website on social media platforms, collecting feedback, and other third-party features.

No cookies to display.

Analytical cookies are used to understand how visitors interact with the website. These cookies help provide information on metrics such as the number of visitors, bounce rate, traffic source, etc.

No cookies to display.

Performance cookies are used to understand and analyze the key performance indexes of the website which helps in delivering a better user experience for the visitors.

No cookies to display.

Advertisement cookies are used to provide visitors with customized advertisements based on the pages you visited previously and to analyze the effectiveness of the ad campaigns.

No cookies to display.

Kurs Rupiah Makin Parah, Hari Ini Tembus Rp16.376 per Dolar AS



loading…

Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS (USD) melanjutkan tren pelemahan usai kehilangan 50,50 poin atau 0,31% pada sesi akhir perdagangan hari ini. Foto/Dok

JAKARTANilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (USD) melanjutkan tren pelemahan usai kehilangan 50,50 poin atau 0,31 persen ke level Rp16.376 per dolar AS pada sesi penutupan hari ini. Sentimen yang mempengaruhi pergerakan kurs rupiah datang dari global, maupun juga domestik.

Berdasarkan data JISDOR BI, rupiah hari ini berakhir terkapar menjadi Rp16.378 per USD. Raihan tersebut merosot dari sesi sebelumnya Rp16.311.

Pengamat pasar uang, Ibrahim Assuaibi mengatakan, pelemahan rupiah ini juga disebabkan oleh sentimen eksternal yaitu rilis data inflasi indeks harga konsumen AS untuk bulan Desember terbaca sedikit lebih rendah dari yang diharapkan.

“CPI utama sesuai dengan estimasi, sementara CPI inti hanya meleset dari ekspektasi. Namun, data yang keluar hanya sehari setelah data indeks harga produsen yang lebih lemah dari yang diharapkan,” tulis Ibrahim dalam risetnya, Kamis (16/1/2025).

Dengan rendahnya data CPI memicu peningkatan taruhan bahwa pelonggaran inflasi AS akan memberi Fed lebih banyak keyakinan untuk memangkas suku bunga tahun ini. Bank sentral diproyeksikan akan memangkas suku bunga dua kali pada tahun 2025, setengah dari total penurunannya pada tahun 2024.

Namun dengan kembalinya Presiden terpilih Donald Trump ke Gedung Putih minggu depan, para analis memperkirakan beberapa kebijakannya akan mendorong pertumbuhan serta meningkatkan tekanan harga. The Fed akan sangat berhati-hati untuk melanjutkan pemotongan suku bunga hingga ada kepastian mutlak bahwa inflasi akan kembali turun.

Selain itu, AS memberlakukan sanksi yang lebih luas pada produsen minyak dan tanker Rusia. Langkah-langkah sanksi AS yang baru telah membuat pelanggan utama Moskow menjelajahi dunia untuk mencari minyak pengganti, sementara tarif pengiriman juga melonjak.

Pemerintahan Biden pada hari Rabu memberlakukan ratusan sanksi tambahan yang menargetkan pangkalan industri militer Rusia dan skema penghindaran.

Fokus minggu ini akan tertuju pada beberapa indikator ekonomi utama yang akan memberikan wawasan tentang kinerja ekonomi China pada penutupan tahun 2024. Angka Produk Domestik Bruto (PDB) negara tersebut untuk tahun 2024 akan dirilis pada hari Jumat. Selain itu, data produksi industri Desember, dan angka penjualan ritel juga akan dirilis pada hari Jumat.

Dari sentimen domestik, Bank Indonesia memprediksi pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2025 bergerak di angka 4,7-5,5%. Angka tersebut lebih rendah daripada ekspektasi sebelumnya di 4,8-5,6% karena mencermati kondisi dinamika ekonomi yang bergejolak.



You May Also Like

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *