Customize Consent Preferences

We use cookies to help you navigate efficiently and perform certain functions. You will find detailed information about all cookies under each consent category below.

The cookies that are categorized as "Necessary" are stored on your browser as they are essential for enabling the basic functionalities of the site. ... 

Always Active

Necessary cookies are required to enable the basic features of this site, such as providing secure log-in or adjusting your consent preferences. These cookies do not store any personally identifiable data.

No cookies to display.

Functional cookies help perform certain functionalities like sharing the content of the website on social media platforms, collecting feedback, and other third-party features.

No cookies to display.

Analytical cookies are used to understand how visitors interact with the website. These cookies help provide information on metrics such as the number of visitors, bounce rate, traffic source, etc.

No cookies to display.

Performance cookies are used to understand and analyze the key performance indexes of the website which helps in delivering a better user experience for the visitors.

No cookies to display.

Advertisement cookies are used to provide visitors with customized advertisements based on the pages you visited previously and to analyze the effectiveness of the ad campaigns.

No cookies to display.

Indonesia Jadi Korban Perang Dagang Trump, Kenyataan Pahit Ancam Ekonomi RI



loading…

Neraca perdagangan Indonesia berpotensi mengalami defisit, imbas kebijakan tarif resiprokal Trump. FOTO/dok.SINDOnews

JAKARTA – Neraca perdagangan Indonesia berpotensi mengalami defisit, imbas kebijakan tarif resiprokal Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump. Indonesia menjadi salah satu negara yang dikenakan tarif bea masuk ke AS sebesar 32%.

Ekonom Institute for Development of Economics and Finance (Indef), Tauhid Ahmad menilai, neraca dagang Indonesia bisa tertekan akibat kebijakan Trump, sehingga perdagangan yang pada 2024 mencatatkan surplus senilai USD18 miliar bakal berbalik menjadi defisit.

“Surplus mungkin USD16 miliar-USD18 miliar. Artinya kalau misalnya rata-rata kita katakanlah setiap bulan itu surplus USD3 miliar, kalau Amerika berkurang ya katakanlah nilainya tidak lagi surplus, mengalami balance-nya, otomatis kan potensi surplus kita berkurang,” ujar Tauhid saat dihubungi, Sabtu (5/4/2025).

Pasca penetapan tariff reciprocal, kinerja ekspor Indonesia dengan AS yang saat ini masih surplus diyakini tidak bertahan lama. Artinya, dalam beberapa waktu ke depan neraca daging berbalik menjadi defisit. “Ya surplusnya ya menurut saya sih paling banter ya, itu pasti akan jadi balance atau defisit begitu bisa jadi,” paparnya.

Dia menjelaskan, kebijakan kenaikan tarif impor tidak hanya berdampak bagi AS sendiri, tapi juga secara global. Akibatnya, akan terjadi disrupsi perdagangan yang luar biasa besar. Multiplier effect atau efek berganda dari sikap proteksionisme Trump ini membuat harga komoditas menjadi lebih mahal dan menurunkan daya beli masyarakat.

“Misalnya gini, ketika Amerika menaikkan tarif, harga semakin mahal permintaan turun, barang-barang produk antara kita yang diproduksi misalnya di China, di Jepang, dan sebagainya yang tujuan ekspornya adalah ke Amerika juga turun kan,” beber dia.

“Atau yang direct sudah pasti berkurang ya, tetapi ketika negara lain sebagai produk antara kita, kemudian market-nya ke Amerika itu juga turun, karena mereka juga mengalami kenaikan tarif kan,” lanjut Tauhid.

Menurut Tauhid, AS menerapkan tarif bea masuk karena adanya hambatan dari negara lain, termasuk non-tariff barrier yang membuat barang AS menjadi lebih mahal. Beberapa komoditas seperti alkohol dan bahan kimia menjadi sorotan AS.

Dia mengakui memang ada ketimpangan penerapan tarif impor antara AS dan Indonesia. Misalnya, impor pakaian dari AS ke Indonesia dikenakan tarif 12,7 persen sementara tarif impor pakaian dari Indonesia hanya 1,7 persen. Oleh karena itu, dia menyebut, perlu komunikasi lebih lanjut antara Indonesia dan AS terkait komoditas perdagangan kedua negara.

(nng)



You May Also Like

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *