Customize Consent Preferences

We use cookies to help you navigate efficiently and perform certain functions. You will find detailed information about all cookies under each consent category below.

The cookies that are categorized as "Necessary" are stored on your browser as they are essential for enabling the basic functionalities of the site. ... 

Always Active

Necessary cookies are required to enable the basic features of this site, such as providing secure log-in or adjusting your consent preferences. These cookies do not store any personally identifiable data.

No cookies to display.

Functional cookies help perform certain functionalities like sharing the content of the website on social media platforms, collecting feedback, and other third-party features.

No cookies to display.

Analytical cookies are used to understand how visitors interact with the website. These cookies help provide information on metrics such as the number of visitors, bounce rate, traffic source, etc.

No cookies to display.

Performance cookies are used to understand and analyze the key performance indexes of the website which helps in delivering a better user experience for the visitors.

No cookies to display.

Advertisement cookies are used to provide visitors with customized advertisements based on the pages you visited previously and to analyze the effectiveness of the ad campaigns.

No cookies to display.

Hubungan Afsel dan BRICS Makin Kuat usai Tak Lagi Dapat Bantuan AS



loading…

Kehilangan bantuan dari Amerika Serikat (AS), memaksa Afrika Selatan (Afsel) harus menjalin hubungan yang kuat dengan negara anggota hingga mitra BRICS. Foto/Dok

JAKARTA – Kehilangan bantuan dari Amerika Serikat (AS), memaksa Afrika Selatan (Afsel) harus menjalin hubungan yang kuat dengan negara anggota hingga mitra BRICS . Politisi Afrika Selatan dan aktivis pemuda, Khalid Muhammad mengatakan, penarikan bantuan AS menjadi peluang buat Afsel untuk memperkuat transformasi.

Seperti dilansir RT, juru bicara partai Kongres Nasional Afrika (ANC) Western Cape itu menyatakan, bahwa Afrika Selatan “perlu mulai bekerja lebih erat, terutama di tingkat ekonomi, dengan mitra BRICS.”

“Rusia misalnya, telah menjadi pemain peran kunci dalam hal ini. Juga China menjadi sangat, sangat penting. Brasil, India, bahkan Iran, pasar yang Amerika coba menjauhkan kita, maka kita harus merangkul pasar tertentu itu,” tambahnya.

Selain itu Ia juga mengutip pernyataan dari Presiden Afrika Selatan, Cyril Ramaphosa belum lama ini yang setuju bahwa negaranya harus mempercepat upaya membangun sistem mandiri. Terutama sektor-sektor utama seperti kesehatan dan pembangunan sosial.

Pemerintahan Presiden AS, Donald Trump mengumumkan pada bulan Februari kemarin, bahwa mereka mengakhiri 90% kontrak Badan Pembangunan Internasional AS ( USAID ). Pemerintah mengutip kegagalan untuk memajukan kepentingan nasional Amerika, dan secara efektif menghentikan pengeluaran kemanusiaan senilai USD60 miliar di seluruh dunia.

Khalid Muhammad juga mengatakan bahwa meskipun situasi ini menghadirkan tantangan yang jelas, hal itu juga mendorong Afrika Selatan menuju diversifikasi ekonomi yang diperlukan. Dia menekankan, bahwa lingkungan saat ini menuntut kerja sama yang lebih dalam dengan mitra BRICS serta hubungan perdagangan yang diperbarui di seluruh Afrika.

“Tindakan Donald Trump … (telah) dalam arti tertentu mendorong kami melakukan mendiversifikasi pasar untuk ekonomi Afrika Selatan,” kata Muhammad, dengan menunjukkan bahwa perubahan ini bisa bermanfaat dalam jangka panjang.

Membahas soal efek langsung dari pemotongan bantuan AS, Ia menyakini Western Cape menghadapi konsekuensi signifikan. Pemerintah provinsi – yang dipimpin oleh oposisi Aliansi Demokratik (DA) – telah menjadi sangat bergantung pada dana USAID untuk memerangi tuberkulosis dan HIV/AIDS.

Kata Muhammad menambahkan “di situlah kita akan paling merasakannya”.



You May Also Like

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *