Customize Consent Preferences

We use cookies to help you navigate efficiently and perform certain functions. You will find detailed information about all cookies under each consent category below.

The cookies that are categorized as "Necessary" are stored on your browser as they are essential for enabling the basic functionalities of the site. ... 

Always Active

Necessary cookies are required to enable the basic features of this site, such as providing secure log-in or adjusting your consent preferences. These cookies do not store any personally identifiable data.

No cookies to display.

Functional cookies help perform certain functionalities like sharing the content of the website on social media platforms, collecting feedback, and other third-party features.

No cookies to display.

Analytical cookies are used to understand how visitors interact with the website. These cookies help provide information on metrics such as the number of visitors, bounce rate, traffic source, etc.

No cookies to display.

Performance cookies are used to understand and analyze the key performance indexes of the website which helps in delivering a better user experience for the visitors.

No cookies to display.

Advertisement cookies are used to provide visitors with customized advertisements based on the pages you visited previously and to analyze the effectiveness of the ad campaigns.

No cookies to display.

Hidupkan Kembali Ladang Minyak yang Mati 10 Tahun, Libya Raup Pendapatan Rp86,8 T



loading…

Pendapatan minyak Libya pada kuartal pertama tahun 2025, tercatat mencapai USD5,2 miliar atau setara Rp86,8 triliun. Sementara Bank Sentral mendevaluasi dinar Libya sebesar 13,3%. Foto/Dok Reuters

JAKARTA – Pendapatan minyak Libya pada kuartal pertama tahun 2025, tercatat mencapai USD5,2 miliar atau setara Rp86,8 triliun (kurs Rp16.703 per USD) per 27 Maret. Sementara Bank Sentral mendevaluasi dinar Libya sebesar 13,3%, dengan menetapkan nilai tukar resmi baru pada 5,567 dinar terhadap dolar AS.

Pada bulan Maret, National Oil Corporation (NOC) milik negara Libya mengatakan, bahwa Mabrouk Oil Operations Company telah memulai kembali produksi di ladang minyak Al-Mabrouk setelah berhenti selama 10 tahun. Dimulainya kembali produksi di ladang minyak Al-Mabrouk menandai tonggak penting bagi sektor energi Libya, yang telah menghadapi gangguan berulang kali karena ketidakstabilan politik dan masalah keamanan.

Pembukaan Al-Mabrouk, ladang minyak berukuran sedang, akan berkontribusi pada upaya Libya yang lebih luas untuk menstabilkan dan meningkatkan produksi, membantu negara itu menghasilkan pendapatan yang sangat vital.

Pada Desember tahun lalu, NOC mengumumkan bahwa produksi minyak mentah harian negara itu telah melampaui target 2024, yakni tembus 1.405.609 barel, di samping 52.633 barel kondensat. Angka-angka tersebut direalisasikan, meskipun terjadi keterlambatan pencairan alokasi anggaran 2024.

Prospek Ekonomi Libya

AFDB memperkirakan ekonomi Libya akan tumbuh sebesar 6,2% pada tahun 2025, dengan asumsi harga minyak dan gas yang stabil dan tingkat produksi yang berkelanjutan.

Sementara itu pengeluaran publik dalam mata uang asing tercatat mencapai USD9,8 miliar, menghasilkan defisit USD4,6 miliar dalam tiga bulan pertama tahun ini, menurut sebuah laporan Bank Sentral.

Tahun lalu, Libya mencetak pendapatan ekspor minyak sekitar USD18,6 miliar, sementara pengeluaran mata uang asing mencapai USD27 miliar, hingga menciptakan kesenjangan yang signifikan antara permintaan mata uang asing dan cadangan devisa.

Bank Sentral mengungkapkan bahwa total belanja publik pada tahun 2024 mencapai USD40,24 miliar (LYD 224 miliar), sedangkan pendapatan minyak dan pajak sebesar USD24,4 miliar (LYD 136 miliar). Bank mencatat bahwa pengeluaran ini menyebabkan permintaan mata uang asing menyentuh angka USD36 miliar.

Baca Juga: Perang Berkecamuk, Harga Minyak Mengamuk

Bank Sentral menyoroti bahwa kesenjangan ini menghadirkan tantangan dalam merumuskan kebijakan yang jelas untuk pengelolaan nilai tukar. Diperingatkan juga bahwa situasinya dapat memburuk jika produksi atau ekspor minyak menurun, atau jika harga minyak turun. Nilai tukar mata uang asing sebelumnya adalah 4,8 dinar terhadap dolar.

(akr)



You May Also Like

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *