Customize Consent Preferences

We use cookies to help you navigate efficiently and perform certain functions. You will find detailed information about all cookies under each consent category below.

The cookies that are categorized as "Necessary" are stored on your browser as they are essential for enabling the basic functionalities of the site. ... 

Always Active

Necessary cookies are required to enable the basic features of this site, such as providing secure log-in or adjusting your consent preferences. These cookies do not store any personally identifiable data.

No cookies to display.

Functional cookies help perform certain functionalities like sharing the content of the website on social media platforms, collecting feedback, and other third-party features.

No cookies to display.

Analytical cookies are used to understand how visitors interact with the website. These cookies help provide information on metrics such as the number of visitors, bounce rate, traffic source, etc.

No cookies to display.

Performance cookies are used to understand and analyze the key performance indexes of the website which helps in delivering a better user experience for the visitors.

No cookies to display.

Advertisement cookies are used to provide visitors with customized advertisements based on the pages you visited previously and to analyze the effectiveness of the ad campaigns.

No cookies to display.

Grab Buka-bukaan Soal Alasan Ogah Angkat Status Mitra Driver Jadi Karyawan



loading…

Grab Indonesia mengungkap, alasan kenapa pihaknya sampai saat ini enggan untuk merubah status mitra pengemudi menjadi karyawan. Foto/Dok

JAKARTA – Chief of Public Affairs Grab Indonesia , Tirza Munusamy mengungkap, alasan kenapa pihaknya sampai saat ini enggan untuk merubah status mitra pengemudi menjadi karyawan . Menurutnya, pengangkatan mitra sebagai karyawan justru akan menimbulkan kerugian.

Tirza menyebut model kemitraan tetap menjadi pendekatan utama Grab. Ia memaparkan ada beberapa hal yang menjadikan status mitra lebih baik dibanding karyawan, utamanya adalah karena model kemitraan memberikan fleksibilitas yang lebih bagi para pengemudi.

“Marwahnya adalah fleksibilitas. Kapan pun bisa narik, ada yang mencari tambahan pendapatan. Ada juga yang ibu tunggal yang ngantar sekolah anaknya dulu, nanti jemput lagi, terus narik. Dengan marwah seperti itu, maka gak cocok kalau karyawan tetap,” ungkapnya, Kamis (22/5/2025).

Baca Juga: Grab Akhirnya Buka Suara Soal Isu Merger dengan Gojek

Ia menjelaskan, bahwa saat ini sekitar 50% mitra pengemudi tidak memiliki pekerjaan tetap. Beberapa di antaranya merupakan korban pemutusan hubungan kerja (PHK) atau sedang mencari pekerjaan lain, sementara sebagian lainnya menjadikan pekerjaan sebagai mitra Grab sebagai sumber pendapatan tambahan.

Tirza juga mengingatkan bahwa jika mitra diangkat menjadi karyawan, maka jumlah pengemudi akan menyusut karena tidak semuanya dapat dijadikan karyawan tetap. Proses rekrutmen juga akan lebih rumit karena akan melibatkan tahapan seleksi yang lebih ketat.

“Kalau nanti jadi karyawan tetap maka jumlah driver akan menyusut. Gak mungkin semuanya jadi karyawan tetap. Kemudian jadi sulit karena ada hak dan kewajiban. Terus nantinya jadi ojol gak segampang sekarang, karena nanti akan ada seleksi, ada interview, bisa terbayang nantinya bakal ada teman yang tak terakomodir,” lanjutnya.



You May Also Like

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *