loading…
Golden Westindo Artajaya bersiap melakukan penawaran umum perdana saham (IPO) untuk meningkatkan kinerja. FOTO/dok.SINDOnews
Direktur Utama GWAA Rusdi Djamil Lioe menjelaskan penggunaan dana hasil IPO yang ditaksir mencapai sebesar Rp82,28 miliar akan digunakan untuk belanja modal (capex) untuk pembelian lahan, pembangunan dan pembelian peralatan yang seluruhnya untuk Artemia Hatching Facility. Adapun masa book building pada 10-18 September 2024, pernyataan efektif dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK) pada 25 September 2024, dan masa penawaran umum pada 27 September- 1 Oktober 2024.
“Selain itu akan digunakan untuk modal kerja, serta investasi dalam bentuk penyertaan modal pada PT Kyorin Group Indonesia,” ujar Rusdi dalam keterangan resmi, dikutip Kamis (12/9/2024).
Baca Juga: 123 Perusahaan Antre IPO, Total Dana Diperkirakan Tembus Rp59,68 Triliun
Sementara, Direktur GWAA Karolina Leo menyebut perseroan berencana untuk mendirikan dua “Artemia Hatching Facility” dengan total investasi sekitar 40,5% dari dana hasil IPO.
“Fasilitas ini nantinya akan memproduksi pakan pembenihan alami siap pakai (ready-to-use) dalam bentuk ‘nauplii’. Pendirian Artemia Hatching Facility merupakan inovasi produk yang dikembangkan Perseroan untuk memenuhi kebutuhan pelanggan dan industri,” ujar Karolina.
Artemia Hatching Facility yang didirikan di Lampung ditargetkan mulai beroperasi pada kuartal IV-2025, serta Situbondo, Jawa Timur mulai operasi kuartal II-2026. Pada 31 Desember 2023, GWAA mencatatkan pendapatan usaha senilai Rp98,53 miliar, dengan laba periode berjalan senilai Rp16,13 miliar.
Dengan nilai tersebut, perseroan mencatatkan nilai net profit margin (NPM) sebesar 16,38% atau lebih besar dibandingkan tahun sebelumnya sebesar 10,18 %. Peningkatan NPM didorong oleh pengelolaan biaya yang efektif oleh perseroan, mencakup beban pokok pendapatan dan beban usaha, dengan rasio keuangan tumbuh dengan sangat baik, dengan return on equity (ROE) mencapai 20,37% dan return on asset (ROA) sebesar 14,73% pada 2023.
Sebagai informasi, perseroan bergerak di industri perdagangan pakan pembenihan udang dan ikan, pakan ikan hias, peralatan akuarium, serta pakan beku ikan hias. Perusahaan engoperasikan dua segmen bisnis utama, yaitu aquaculture dan aquatic,” ujar Rusdi.
Dalam segmen aquaculture, perseroan menyediakan produk pakan pembenihan alami (artemia) dengan merek “Golden West Artemia” dan pakan pembenihan buatan dengan merek unggulan “BernAqua”. Untuk segmen aquatic, perseroan menawarkan produk pakan ikan hias dengan merek “Hikari”, produk pakan beku ikan hias yang diproduksi oleh entitas usaha yaitu PT Kyorin Group Indonesia, serta berbagai peralatan akuarium dengan merek ternama “Eheim”.
Baca Juga: OJK Dorong Emiten Tingkatkan Transparansi Penggunaan Dana IPO
Produk perseroan mencakup pakan pembenihan alami (artemia), pakan pembenihan buatan, pakan ikan hias, dan peralatan akuarium. Adapun, distribusi menyasar ke pasar domestik, di antaranya Jawa Timur, Bali, Jawa Tengah, Jawa Barat, Banten, Lampung, Sumatera Barat, Sumatera Utara, Aceh, Kalimantan Barat, Kalimantan Timur, Kalimantan Selatan, Sulawesi Selatan, dan Sulawesi Tenggara.
Sedangkan, produk pakan beku ikan hias yang diproduksi PT Kyorin Group Indonesia menyasar segmen pasar ekspor, dengan wilayah pemasaran saat ini mencakup Amerika Serikat, Jepang, dan Korea Selatan. Dengan pangsa pasar sebesar 30% di Indonesia, kemitraan strategis perseroan dengan pemasok Internasional, di antaranya Great Salt Lake Artemia (Amerika Serikat), Bern Aqua NV (Belgia), Kyorin Co. Ltd. (Jepang), dan Eheim GmbH & Co. KG (Jerman) telah memperkuat posisi Perseroan di dalam persaingan industri selama 30 tahun terakhir.
(nng)