Customize Consent Preferences

We use cookies to help you navigate efficiently and perform certain functions. You will find detailed information about all cookies under each consent category below.

The cookies that are categorized as "Necessary" are stored on your browser as they are essential for enabling the basic functionalities of the site. ... 

Always Active

Necessary cookies are required to enable the basic features of this site, such as providing secure log-in or adjusting your consent preferences. These cookies do not store any personally identifiable data.

No cookies to display.

Functional cookies help perform certain functionalities like sharing the content of the website on social media platforms, collecting feedback, and other third-party features.

No cookies to display.

Analytical cookies are used to understand how visitors interact with the website. These cookies help provide information on metrics such as the number of visitors, bounce rate, traffic source, etc.

No cookies to display.

Performance cookies are used to understand and analyze the key performance indexes of the website which helps in delivering a better user experience for the visitors.

No cookies to display.

Advertisement cookies are used to provide visitors with customized advertisements based on the pages you visited previously and to analyze the effectiveness of the ad campaigns.

No cookies to display.

Eropa Dibayangi Krisis Gas, Harga Melonjak Tinggi



loading…

Terputusnya pasokan gas pipa Rusia yang melalui Ukraina membuat harga gas di Eropa melonjak. FOTO/Ilustrasi

JAKARTAEropa dibayangi krisis energi setelah harga gas melonjak ke level tertinggi sejak Oktober 2023, didorong oleh susutnya pasokan menyusul penolakan Ukraina untuk memperpanjang perjanjian transit gas dengan Moskow. Sementara, prakiraan cuaca yang lebih dingin semakin memperburuk kekhawatiran di pasar energi yang sudah ketat.

Kiev memutuskan pada akhir tahun 2024 untuk mengakhiri kontrak transit gas lima tahunnya dengan raksasa energi Rusia Gazprom. Keputusan itu mengakibatkan pasokan gas pipa Rusia ke Hongaria, Rumania, Polandia, Slowakia, Austria, Italia, dan Moldova terputus.

Presiden Ukraina Vladimir Zelensky mengklaim pemutusan kontrak tersebut ditujukan untuk menghilangkan pendapatan energi Moskow. Namun, Slowakia dan Hongaria menuduhnya sengaja memicu krisis energi untuk keuntungan politik.

Melansir Russia Today, Sabtu (1/2/2025), akibat krisis pasokan itu, kontrak acuan bulan depan di hub gas TTF Belanda naik lebih dari 4% pada hari Jumat, melampaui USD590 per seribu meter kubik, atau 53,62 euro per megawatt-jam, memperpanjang kenaikan di hari sebelumnya.

Data juga menunjukkan bahwa tingkat penyimpanan gas Uni Eropa telah menyusut hingga sekitar 55%, jauh lebih rendah dari 72% yang tercatat pada waktu yang sama tahun lalu dan di bawah rata-rata lima tahun sebesar 62%.

Analis mengantisipasi peningkatan harga lebih lanjut didorong permintaan pemanas di tengah perkiraan bahwa suhu akan turun lebih jauh dalam beberapa hari mendatang.

Uni Eropa telah menghadapi pengurangan dramatis dalam impor gas Rusia, yang sebelumnya mencapai 40% dari total pasokan blok tersebut, karena sanksi terkait Ukraina dan sabotase jaringan pipa Nord Stream pada tahun 2022.

Sebagai kompensasi, blok tersebut telah meningkatkan ketergantungannya pada impor gas alam cair (LNG) yang lebih mahal dari AS dan Norwegia. Namun, penghentian produksi baru-baru ini di ladang Gullfaks, Troll, dan Asgard di Norwegia semakin membatasi pasokan energi ke benua Eropa.



You May Also Like

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *