loading…
Rezim Assad kehilangan kendali atas sebagian besar ladang minyak Suriah selama perang saudara. FOTO/Picture Alliance/DPA/DW
Rezim Assad yang digulingkan membuat produk domestik bruto (PDB) Suriah menyusut lebih dari 85% pada 2011-2023 menjadi USD9 miliar dan diperkirakan akan menyusut 1,5% tahun ini. Menurut lapaoran Bank Dunia (World Bank) konsumsi swasta anjlok dan 69% penduduk Suriah atau sekitar 14,5 juta orang terkena dampak kemiskinan sejak 2022.
Satu dari setiap empat orang Suriah menghadapi kemiskinan ekstrem, yang diperburuk oleh dampak gempa bumi yang menghancurkan pada Februari 2023. Berikut data dan fakta hancurnya perekonomian Suriah di bawah rezim Bashar al-Assad yang dilansir dari Anadolu Ajansi, Jumat (13/12/2024);
1. Penurunan Signifikan Produksi Energi
Kebijakan-kebijakan rezim Assad menyebabkan penurunan produksi energi yang signifikan, di mana produksi minyak Suriah turun dari 383.000 barel per hari (bph) sebelum perang saudara menjadi 90.000 barel per hari pada tahun lalu. Rezim ini juga dilaporkan mengizinkan organisasi teroris PKK/YPG untuk menduduki beberapa wilayah dengan cara menghilangkan pendapatan minyak.
Suriah, yang dulunya merupakan eksportir minyak terbesar di Mediterania Timur, telah berubah menjadi importir minyak karena penurunan produksi yang tajam. Impor minyak Suriah, terutama dari Iran, meningkat hampir dua kali lipat dari tahun 2020 hingga 2023, dan sekarang impor mencapai hampir setengah dari produksi minyak domestik.
2. Produksi Pertanian Menurun
Penurunan ekonomi Suriah juga tercermin dalam bidang pertanian, karena lahan pertanian berkurang 25% dibandingkan dengan era sebelum perang saudara.
Ekspor Suriah turun 89% menjadi kurang dari $1 miliar dibandingkan dengan awal perang saudara, dan impor turun 81% menjadi USD3,2 miliar.