Customize Consent Preferences

We use cookies to help you navigate efficiently and perform certain functions. You will find detailed information about all cookies under each consent category below.

The cookies that are categorized as "Necessary" are stored on your browser as they are essential for enabling the basic functionalities of the site. ... 

Always Active

Necessary cookies are required to enable the basic features of this site, such as providing secure log-in or adjusting your consent preferences. These cookies do not store any personally identifiable data.

No cookies to display.

Functional cookies help perform certain functionalities like sharing the content of the website on social media platforms, collecting feedback, and other third-party features.

No cookies to display.

Analytical cookies are used to understand how visitors interact with the website. These cookies help provide information on metrics such as the number of visitors, bounce rate, traffic source, etc.

No cookies to display.

Performance cookies are used to understand and analyze the key performance indexes of the website which helps in delivering a better user experience for the visitors.

No cookies to display.

Advertisement cookies are used to provide visitors with customized advertisements based on the pages you visited previously and to analyze the effectiveness of the ad campaigns.

No cookies to display.

Ekonomi Diganggu Tarif Trump, Begini Respons Dirut BRI



loading…

Direktur Utama PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BBRI), Hery Gunardi menyoroti bahwa perekonomian global sepanjang triwulan pertama tahun 2025 masih diwarnai oleh ketidakpastian. Foto/Dokl

JAKARTA – Direktur Utama PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BBRI) , Hery Gunardi menyoroti bahwa perekonomian global sepanjang triwulan pertama tahun 2025 masih diwarnai oleh ketidakpastian. Terutama akibat tensi geopolitik dan dampak lanjutan dari perang tarif yang turut menekan aktivitas perdagangan internasional dan rantai pasok.

BRI memperkirakan adanya potensi dampak jangka pendek akibat kebijakan tarif baru. Namun, Hery menyampaikan bahwa saat ini sedang berlangsung negosiasi antara Indonesia dan Amerika Serikat (AS) yang diharapkan dapat menghasilkan kesepakatan yang lebih baik.

Ia juga menekankan bahwa ekonomi Indonesia, termasuk bisnis BRI , lebih banyak bergantung pada permintaan domestik atau konsumsi dalam negeri.

“BRI memperkirakan akan ada dampak jangka pendek akibat kebijakan tarif baru. Namun, saat ini sedang berlangsung negosiasi antara Indonesia dan Amerika Serikat yang diharapkan menghasilkan kesepakatan yang lebih baik lagi,” jelas Hery dalam Press Conference Paparan Kinerja Keuangan BRI Kuartal I Tahun 2025, Rabu (30/4/2025).

“Perlu dicatat bahwa ekonomi Indonesia, termasuk bisnis bank rakyat Indonesia, lebih banyak bergantung pada domestic demand atau konsumsi domestik. Sehingga selain dari depresiasi mata uang yang terjadi, perang tarif diproyeksikan tidak berdampak terlalu signifikan untuk bisnisnya BRI maupun juga untuk Indonesia,” imbuhnya.

Hery juga menyoroti fundamental ekonomi Indonesia yang resilien, tercermin dari cadangan devisa yang memadai, yang tercatat naik dari USD155,7 miliar pada akhir Desember 2024 menjadi USD157,1 miliar pada akhir Maret 2025. Selain itu, konsumsi domestik masih menjadi kontributor utama pertumbuhan ekonomi Indonesia yang tercatat masih tumbuh positif.

Meskipun demikian, Hery mengakui bahwa konsumsi domestik masih belum pulih sepenuhnya jika dibandingkan dengan kondisi sebelum pandemi COVID-19. Hal ini menjadi tantangan bagi sektor UMKM yang sangat bergantung pada daya beli masyarakat.

Dalam kondisi tersebut, BRI terus memperkuat perannya sebagai bank yang pro rakyat dengan tetap fokus menumbuhkan, mengembangkan, dan memberdayakan usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) di Indonesia sebagai upaya nyata dalam mendukung pertumbuhan dan ketahanan ekonomi Indonesia.

“Dalam kondisi tersebut, BRI terus memperkuat perannya sebagai bank yang pro rakyat dengan tetap fokus tumbuh, kembangkan, dan memberdayakan usaha mikro, kecil, dan menengah atau UMKM di Indonesia sebagai upaya nyata dalam mendukung pertumbuhan dan ketahanan ekonomi Indonesia,” terang Hery.

Ia mengungkapkan bahwa BRI Group berhasil mencatatkan kinerja positif hingga akhir Maret 2025, dengan laba bersih mencapai Rp13,80 triliun.

Hery juga menambahkan bahwa aset BRI sebesar Rp2.098,23 triliun. Aset BRI Group tumbuh sebesar 5,49 persen secara tahunan (year-on-year) di dorong penyaluran kredit dengan fokus UMKM.

“Pertumbuhan ini didorong penyaluran kredit yang selektif dan berkualitas di mana semua segmen kredit mencatatkan pertumbuhan positif dengan tetap berfokus pada segmen UMKM,” kata Hery.

https://www.youtube.com/watch?v=HA

(akr)



You May Also Like

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *