Customize Consent Preferences

We use cookies to help you navigate efficiently and perform certain functions. You will find detailed information about all cookies under each consent category below.

The cookies that are categorized as "Necessary" are stored on your browser as they are essential for enabling the basic functionalities of the site. ... 

Always Active

Necessary cookies are required to enable the basic features of this site, such as providing secure log-in or adjusting your consent preferences. These cookies do not store any personally identifiable data.

No cookies to display.

Functional cookies help perform certain functionalities like sharing the content of the website on social media platforms, collecting feedback, and other third-party features.

No cookies to display.

Analytical cookies are used to understand how visitors interact with the website. These cookies help provide information on metrics such as the number of visitors, bounce rate, traffic source, etc.

No cookies to display.

Performance cookies are used to understand and analyze the key performance indexes of the website which helps in delivering a better user experience for the visitors.

No cookies to display.

Advertisement cookies are used to provide visitors with customized advertisements based on the pages you visited previously and to analyze the effectiveness of the ad campaigns.

No cookies to display.

Dulu Kabur, Kini Perusahaan Asing Antri untuk Kembali ke Rusia



loading…

Perusahaan-perusahaan multinasional diklaim berusaha untuk kembali ke pasar Rusia. FOTO/Ilustrasi/Dok.

JAKARTA – Perusahaan-perusahaan asing dulu yang keluar dari Rusia akibat sanksi Barat yang terkait dengan konflik Ukraina kini berbondong-bondong berusaha untuk kembali. Hal itu diungkapkan perwakilan ekonomi khusus Presiden Vladimir Putin, Kirill Dmitriev.

Dmitriev, yang juga merupakan CEO Dana Investasi Langsung Rusia (RDIF), menanggapi laporan Korea Times pada hari Jumat (28/3) bahwa perusahaan Korea Selatan ingin melanjutkan operasi di Rusia, mengingat pembicaraan gencatan senjata yang dipimpin AS antara Moskow dan Kiev.

“Perusahaan global antri untuk kembali ke Rusia, menandakan kepercayaan baru dan peluang segar di salah satu pasar terbesar di dunia,” tulis Dmitriev di X, seperti dikutip Russia Today, Sabtu (29/3/2025).

Lebih dari 1.000 perusahaan Barat – dari perusahaan ritel terkenal hingga raksasa otomotif – telah keluar dari pasar Rusia dalam tiga tahun terakhir. Namun, saat pembicaraan gencatan senjata konflik Ukraina semakin gencar, perusahaan-perusahaan besar Korea Selatan dilaporkan tengah meningkatkan studi kelayakan untuk melanjutkan operasi di Rusia.

Dorongan tersebut mencerminkan pentingnya Rusia secara strategis bagi negara tersebut sebagai pasar, khususnya mengingat meningkatnya tekanan tarif dari AS, kata outlet tersebut.

LG Electronics dilaporkan menjadi salah satu yang pertama, dan baru-baru ini melanjutkan sebagian operasi di pabrik peralatan rumah tangganya di Moskow, yang memproduksi mesin cuci dan lemari es, kata outlet tersebut mengutip sumber-sumber industri.

“Langkah tersebut ditujukan untuk mencegah kerusakan fasilitas produksi yang telah menganggur,” kata seorang pejabat LG kepada Korea Times.

Hyundai Motor Group, yang bersama dengan KIA menduduki dua posisi teratas di antara merek mobil di Rusia pada tahun 2021, juga menilai dengan cermat prospek untuk kembali memasuki pasar Rusia. Grup tersebut menjual pabriknya di St. Petersburg hanya seharga 10.000 rubel (USD120) dengan opsi pembelian kembali selama dua tahun pada tahun 2023. Artinya, grup tersebut harus membuat keputusan untuk memulai kembali produksi di fasilitas tersebut sebelum akhir tahun 2025.

Awal minggu ini, produsen peralatan rumah tangga asal Italia, Ariston, mengumumkan kembalinya mereka ke Rusia setelah keluar dari pasar pada tahun 2022. Perkembangan tersebut tampaknya mencerminkan tren yang muncul dari potensi kembalinya dan pembelian kembali oleh merek-merek asing utama di tengah perubahan hubungan AS dengan Rusia.

Perdana Menteri Rusia Mikhail Mishustin menyatakan pada hari Rabu bahwa kasus masing-masing perusahaan akan dievaluasi secara individual. Perusahaan asing yang keluar dari Rusia “di bawah tekanan pemerintah” tetapi mempertahankan “pekerjaan, kontak, dan teknologi,” bersama dengan opsi pembelian kembali, kata dia, dapat diizinkan untuk kembali.

Mishustin menambahkan bahwa perusahaan yang memiliki keahlian unik juga akan disambut baik—selama mereka mematuhi ketentuan lokalisasi dan investasi.

(fjo)



You May Also Like

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *