Customize Consent Preferences

We use cookies to help you navigate efficiently and perform certain functions. You will find detailed information about all cookies under each consent category below.

The cookies that are categorized as "Necessary" are stored on your browser as they are essential for enabling the basic functionalities of the site. ... 

Always Active

Necessary cookies are required to enable the basic features of this site, such as providing secure log-in or adjusting your consent preferences. These cookies do not store any personally identifiable data.

No cookies to display.

Functional cookies help perform certain functionalities like sharing the content of the website on social media platforms, collecting feedback, and other third-party features.

No cookies to display.

Analytical cookies are used to understand how visitors interact with the website. These cookies help provide information on metrics such as the number of visitors, bounce rate, traffic source, etc.

No cookies to display.

Performance cookies are used to understand and analyze the key performance indexes of the website which helps in delivering a better user experience for the visitors.

No cookies to display.

Advertisement cookies are used to provide visitors with customized advertisements based on the pages you visited previously and to analyze the effectiveness of the ad campaigns.

No cookies to display.

Diguncang Tarif Trump, Pasar Global Kacau Balau



loading…

Pasar saham terguncang akibat kebijakan tarif resiprokal AS yang berpotensi memicu perang dagang besar-besaran. FOTO/Ilustrasi/Dok.

JAKARTA – Pengumuman tarif perdagangan resiprokal baru secara luas oleh Presiden AS Donald Trump pada Rabu (2/4) lalu memicu kekacauan di pasar global. Kebijakan AS tersebut memicu kekhawatiran investor akan timbulnya perang dagang besar-besaran yang dapat menyebabkan resesi global.

Akibat kekhawatiran tersebut, indeks acuan di sejumlah bursa dunia rontok. Wall Street dengan indeks S&P 500 mencatat penurunan harian terbesar sejak 2020 pada perdagangan Kamis (3/4) waktu setempat. Melansir Reuters, perusahaan-perusahaan S&P 500 kehilangan nilai pasar saham gabungan sebesar USD2,4 triliun (sekitar Rp38.400 triliun) dalam aksi jual di Wall Street, kerugian nilai dalam satu hari terbesar sejak pandemi yang menyebabkan pasar global terpuruk pada tanggal 16 Maret 2020.

Mengutip Investing, indeks Dow Jones Industrial Average anjlok 1.679,4 poin atau 3,98 persen ke 40.545, S&P 500 turun 4,84 persen ke 5.396, sementara Nasdaq Composite merosot 5,97 persen ke 16.550.

Demikian pula dengan pasar Asia-Pasifik yang melanjutkan penurunannya pada hari ini, mengikuti penurunan tajam di Wall Street setelah tarif Presiden AS Donald Trump mengguncang pasar global. Mengutip CNBC, S&P/ASX 200 Australia hari ini turun 1,06%. Nikkei 225 Jepang turun 1,84% sementara Topix turun 2,35%. Kospi Korea Selatan turun 1,15% dan Kosdaq berkapitalisasi kecil diperdagangkan 0,68% lebih rendah.

Sebelumnya, Trump mengumumkan tarif baru yang mencakup bea masuk 10 persen pada semua impor, serta tarif lebih tinggi untuk negara-negara yang dianggap sebagai penyumbang defisit terbesar pada perdagangan AS. China menghadapi tambahan tarif 34 persen di atas bea masuk 20 persen yang sudah berlaku. Uni Eropa, Jepang, dan negara lain akan dikenakan tarif antara 20 persen hingga 49 persen.

Tarif umum ini mulai berlaku pada 5 April, sementara tarif khusus negara tertentu akan diterapkan mulai 9 April. Trump beralasan bahwa kebijakan ini bertujuan melindungi industri dalam negeri AS serta mengurangi utang nasional. Kebijakan ini memicu reaksi negatif dari para analis dan investor.

“Tarif yang diumumkan lebih agresif dari perkiraan, terutama bagi Eropa dan China, dengan tarif mencapai 20 persen hingga 54 persen,” tulis analis Barclays dalam sebuah catatan. Mereka memperingatkan bahwa ketidakpastian akibat tarif ini dapat meningkatkan risiko resesi, membuat pasar saham berpotensi mengalami tekanan lebih lanjut sebelum pulih.

Ekonom dari High Frequency Economics, Carl Weinberg, memperkirakan bahwa kebijakan tarif ini dapat mengurangi produk domestik bruto (PDB) AS hingga 10% pada kuartal kedua 2025, berpotensi mendorong ekonomi AS ke dalam resesi setelah kontraksi kecil yang diprediksi pada kuartal pertama.

Weinberg juga memperkirakan tarif akan mengurangi pendapatan rumah tangga atau keuntungan korporasi AS hingga USD741 miliar, atau lebih jika memasukkan tarif pada baja, aluminium, serta perdagangan dengan Kanada dan Meksiko.



You May Also Like

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *