loading…
China memutuskan membalas tarif impor AS, meski masih membuka ruang untuk bernegosiasi dengan Washington. Foto/Dok
Hal ini berarti masih ada waktu bagi dua ekonomi terbesar dunia itu untuk mundur dari babak baru perang dagang AS dan China . Kedua pemimpin telah menjadwalkan panggilan telepon pada akhir pekan ini, menurut Gedung Putih. Sejauh ini belum ada sinyal positif dari keduanya, meski China sedang dalam mode mendengarkan dan tetap membuka pintu untuk pembicaraan.
Sementara itu aksi balasan China bisa dibilang cukup terbatasa, apabila dibandingkan dengan kebijakan Donald Trump dengan tarif sebesar 10% pada semua barang China yang menuju ke AS.
Amerika adalah pengekspor gas alam cair terbesar di seluruh dunia, tetapi China hanya menyumbang sekitar 2,3% dari ekspor tersebut dan impor mobil utamanya berasal dari Eropa dan Jepang.
Target barang yang selektif ini mungkin hanya merupakan tembakan pembuka oleh Beijing dengan penuh perhitungan, sebagai cara untuk mendapatkan daya tawar dan pengaruh menjelang dialog.
Pada awal masa jabatan kedua, Presiden AS mengaku menjalin hubungan dan komunikasi “sangat baik” dengan Presiden Xi beberapa hari sebelum upacara pelantikannya. Ia berharap bisa bekerja sama dengan Xi dalam menyelesaikan perang Rusia di Ukraina.
Presiden Xi mungkin belum ingin bertengkar dengan Trump karena dia sibuk mencoba menopang ekonominya sendiri yang sedang sakit. Namun masih ada lima hari ke depan yang bisa terjadi apapun untuk memicu babak baru perang dagang AS dan China.
(akr)