Customize Consent Preferences

We use cookies to help you navigate efficiently and perform certain functions. You will find detailed information about all cookies under each consent category below.

The cookies that are categorized as "Necessary" are stored on your browser as they are essential for enabling the basic functionalities of the site. ... 

Always Active

Necessary cookies are required to enable the basic features of this site, such as providing secure log-in or adjusting your consent preferences. These cookies do not store any personally identifiable data.

No cookies to display.

Functional cookies help perform certain functionalities like sharing the content of the website on social media platforms, collecting feedback, and other third-party features.

No cookies to display.

Analytical cookies are used to understand how visitors interact with the website. These cookies help provide information on metrics such as the number of visitors, bounce rate, traffic source, etc.

No cookies to display.

Performance cookies are used to understand and analyze the key performance indexes of the website which helps in delivering a better user experience for the visitors.

No cookies to display.

Advertisement cookies are used to provide visitors with customized advertisements based on the pages you visited previously and to analyze the effectiveness of the ad campaigns.

No cookies to display.

BRICS Bakal Hadapi Tarif 150% Jika Terus Campakkan Dolar AS



loading…

Presiden Rusia Vladimir Putin dan Presiden China Xi Jinping foto bersama sebelum sesi format Outreach KTT BRICS di Kazan, Rusia, Kamis (24/10/2024). Menlu RI Sugiono berada di barisan belakang, kedua dari kiri. FOTO/AP

JAKARTA – Presiden AS Donald Trump mengancam negara-negara BRICS dengan tarif 150% jika mereka terus mencampakkan dolar. Aliansi ini melakukan dedolarisasi setelah AS menjatuhkan sanksi terhadap Rusia sejak 2022.

China dan Rusia menjadi ujung tombak inisiatif ini dengan meyakinkan negara-negara berkembang untuk menyelesaikan perdagangan dalam mata uang lokal.

“Anda tahu, negara-negara BRICS berusaha menghancurkan dolar AS. Mereka ingin menciptakan mata uang baru,” ujar Trump saat berpidato di hadapan Asosiasi Gubernur Partai Republik di Washington, dilansir dari Watcher Guru, Senin (24/2/2025).

Trump juga mengatakan bahwa aliansi ini ingin menggunakan yuan China untuk penyelesaian perdagangan, bukan dolar AS.

“Jadi, ketika saya masuk, hal pertama yang saya katakan adalah ‘setiap negara BRICS yang menyebutkan penghancuran dolar AS akan dikenakan tarif 150%,'” katanya. “Kami tidak menginginkan barang-barang Anda,” ujar Trump.

Aliansi BRICS merasa kesulitan untuk mengakhiri ketergantungan pada dolar AS dengan ancaman tarif 150% dari Trump. Negara-negara berkembang mengetahui bahwa Trump tidak segan-segan memberlakukan tarif jika mereka tidak sejalan.

Kebijakan Trump tidak dapat diprediksi, dan penerapan tarif 150% akan menghambat impor dan ekspor mereka yang menyebabkan ketidakstabilan pasar.

Sebagaimana diketahui, Trump telah memberlakukan tarif 10% pada anggota BRICS, China dan juga menampar tarif 25% pada Meksiko dan Kanada. China membalas dan memberlakukan tarif balasan pada beberapa barang AS yang masuk ke negara komunis tersebut.

Perang dagang telah membuat pasar khawatir karena kebijakan-kebijakan tersebut secara langsung mempengaruhi bisnis global. Namun, dolar AS masih tetap menjadi mata uang de facto meskipun BRICS dedolarisasi.

(nng)



You May Also Like

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *