loading…
SEVP Credit Risk BNI Bun Hendra dalam acara Carbon Digital Conference Indonesia (CDC) 2024 di Jakarta, Rabu (11/12/2024). FOTO/Ist
Dalam acara Carbon Digital Conference Indonesia (CDC) 2024 bertema “Reimagining Indonesia Carbon Market: Digital Innovations for Global Integrity,” Rabu (11/12) SEVP Credit Risk BNI Bun Hendra menjelaskan bahwa langkah-langkah ini merupakan bagian dari strategi BNI untuk mencapai NZE lebih cepat, yaitu pada 2028 untuk operasional dan pada 2060 untuk portofolio pembiayaan.
“Kebijakan ini sejalan dengan target pemerintah mencapai emisi nol bersih pada 2060 atau lebih cepat. Karbon kredit merupakan salah satu strategi untuk melakukan offset emisi,”ujar Bun dalam keterangan tertulis, Kamis (12/12/2024).
Dia mengatakan, BNI juga berkomitmen terhadap pembiayaan berkelanjutan, ditunjukkan dengan realisasi penyaluran green financing yang hingga September 2024 mencapai Rp70,9 triliun, meningkat dari Rp60,6 triliun pada periode yang sama tahun sebelumnya. Bun menjelaskan, Pembiayaan ini mencakup berbagai sektor hijau, seperti energi terbarukan sebesar Rp10,18 triliun, bangunan hijau Rp4,58 triliun, transportasi ramah lingkungan Rp3,51 triliun, serta pengelolaan sumber daya alam dan penggunaan lahan Rp31,97 triliun.
“Secara keseluruhan, portofolio pembiayaan berkelanjutan BNI mencapai Rp187,6 triliun atau setara dengan 26% dari total pinjaman. BNI juga menjadi bank pertama di Indonesia yang menerbitkan Green Bond,” tambahnya.
Tidak hanya fokus pada pembiayaan sektor besar, lanjutnya, BNI juga memberdayakan UMKM yang menerapkan prinsip environmental, social, and governance (ESG) melalui program unggulan BNI UMKM Ramah Lingkungan (BUMI). Hingga saat ini, BNI telah menyalurkan pembiayaan sebesar Rp30,2 miliar kepada 133 UMKM. Program lainnya adalah Jejak Kopi Khatulistiwa (JKK) yang memberikan dukungan kepada 424 petani UMKM dengan total pembiayaan Rp54,5 miliar. Inisiatif ini bertujuan mendorong inklusi keuangan sekaligus memperkuat ekosistem ekonomi hijau.
Menurut Bun, BNI juga aktif mengedukasi pelaku industri melalui program BNI ESG Sustainability and Transition Event (BEST). Program ini membantu debitur dan pelaku usaha meningkatkan kapasitas dalam melakukan transisi menuju keberlanjutan. Dia menambahkan, masih banyak peluang BNI dalam mendukung ekosistem Bursa Karbon, seperti penyaluran pembiayaan bagi proyek-proyek yang terdaftar di Bursa Karbon dan penyediaan fasilitas kustodian pada perdagangan karbon.
Sementara itu, di acara yang sama, Wakil Menteri Lingkungan Hidup Diaz Hendropriyono menyampaikan bahwa Indonesia telah bekerja sama dengan Jepang melalui Mutual Recognition Arrangement (MRA) untuk perdagangan karbon bilateral.Diaz berharap kolaborasi ini dapat mempercepat pencapaian target NZE Indonesia serta menyelamatkan dunia dari dampak perubahan iklim.
“Indonesia membuka diri untuk berkolaborasi dengan berbagai negara demi menciptakan Carbon Market yang mudah diakses, andal, dan mampu menyejahterakan rakyat,” tandasnya.
(fjo)