loading…
Tarif yang dikenakan Komisi Eropa atas ekspor kendaraan listriknya memicu kemarahan China. FOTO/Ilustrasi/Dok.
Penyelidikan tersebut mencakup keju segar, dadih, keju biru, dan olahan, susu, dan krim Uni Eropa untuk periode antara April 2023 dan Maret 2024, dengan nilai ekspor sekitar 1,7 miliar euro atau sekitar USD1,9 miliar AS (sekira Rp29,45 triliun, kurs Rp15.500 per USD).
Ancaman tarif kendaraan listrik Uni Eropa sebelumnya juga telah mendorong China untuk meluncurkan penyelidikan terhadap ekspor brendi dan produk daging babi dari blok tersebut, masing-masing senilai 1,6 miliar euro (USD1,78 miliar) dan 3 miliar euro (USD3,34 miliar). China juga mengancam akan melakukan penyelidikan terhadap ekspor anggur, senilai 1,2 miliar euro (USD1,33 miliar). Produk kimia dan peralatan medis Eropa pun tak luput dari pengawasan ketat karena diduga melakukan subsidi ilegal.
Prancis, pelobi utama untuk tarif kendaraan listrik China, menghadapi potensi kerugian terbesar dalam penyelidikan brendi dan anggur. Negara itu dipastikan kembali terpukul jika Beijing bergerak untuk mengenakan tarif pada ekspor susu, yang bernilai sekitar 190 juta euro (USD212 juta).
Sementara, Irlandia berpotensi paling terpukul oleh pembatasan baru China yang mencakup sekitar 423 juta euro (USD472,3 juta) dari total ekspor susu Uni Eropa. Padahal, Irlandia tidak terlalu vokal atau berpengaruh dalam mendukung inisiatif tarif kendaraan listrik China yang diserukan blok tersebut.
Semua 20 kategori subsidi yang diselidiki oleh penyelidikan susu China berada di bawah Kebijakan Pertanian Bersama tingkat UE atau program masing-masing negara, mulai dari tunjangan dan subsidi petani muda, skema pinjaman dan asuransi hingga bantuan keuangan untuk fasilitas penyimpanan. Mengutip Suptnikglobe, seorang juru bicara UE mengatakan blok tersebut akan mengikuti penyelidikan susu tersebut “dengan sangat cermat” dan memastikan bahwa “sepenuhnya mematuhi aturan WTO yang relevan.
Sementara itu, Kamar Dagang China di UE menyatakan ketidakpuasan yang kuat dan penentangan tegas terhadap langkah pengenaan tarif tambahan bagi kendaraan EV asal negara tersebut. Mereka menuduh Eropa melakukan penggunaan alat perdagangan yang tidak adil untuk menghalangi perdagangan bebas dan memperingatkan bahwa keputusan tersebut akan melemahkan ketahanan industri kendaraan listrik Eropa itu sendiri serta memperburuk ketegangan perdagangan.
Rantai pasokan kendaraan listrik Eropa sejatinya sangat bergantung pada baterai yang dibuat di China, dan ketergantungan ini diperkirakan akan terus tumbuh selama tiga tahun mendatang, dari sekitar 30% saat ini menjadi sekitar 50% pada tahun 2027. Selain membuat kendaraan buatan China menjadi jauh lebih mahal, langkah tarif UE juga mengancam akan menggelembungkan biaya kendaraan listrik yang dibuat di blok tersebut dalam pertikaian perdagangan yang meningkat.
Pertikaian itu dinilai akan semakin membebani Eropa, setelah industri dan pertanian blok tersebut terpukul oleh kenaikan harga energi yang dramatis yang belum pernah terjadi sejak tahun 1970-an akibat keputusan politisnya mencoba melemahkan pasokan minyak dan gas Rusia. Kebijakan itu membuat hampir semua barang industri, mulai dari pupuk nitrat dan bahan kimia hingga baja yang dibuat oleh pabrik baja besar Eropa menjadi sangat mahal untuk diproduksi.
Kepala Kebijakan Luar Negeri Uni Eropa Josep Borrell mencoba meredakan potensi perang dagang dengan Beijing dengan mengatakan, “meskipun sistem politik kita berbeda, hal itu tidak boleh mengarah pada persaingan sistemik dan permanen. Itu bukan kepentingan kita.” Borrell juga melontarkan komentar mengejutkan mengenai kebijakan perdagangan AS, yang ia salahkan atas meningkatnya ketegangan perdagangan dengan China.
“Ketika mereka mengambil tindakan terhadap China, mereka tidak bertanya apakah itu menguntungkan kami atau tidak. Ketika mereka melarang impor mobil China atau mengenakan tarif pencegahan, mereka tidak bertanya pada diri sendiri ke mana mobil-mobil China yang tidak akan masuk ke AS akan dikirim. Ke mana mereka akan pergi? Ke pasar mana lagi mereka bisa pergi? Ya tentu saja, ke pasar Eropa, dan itu menyebabkan masalah daya saing bagi industri kami,” cetusnya.
(fjo)