Customize Consent Preferences

We use cookies to help you navigate efficiently and perform certain functions. You will find detailed information about all cookies under each consent category below.

The cookies that are categorized as "Necessary" are stored on your browser as they are essential for enabling the basic functionalities of the site. ... 

Always Active

Necessary cookies are required to enable the basic features of this site, such as providing secure log-in or adjusting your consent preferences. These cookies do not store any personally identifiable data.

No cookies to display.

Functional cookies help perform certain functionalities like sharing the content of the website on social media platforms, collecting feedback, and other third-party features.

No cookies to display.

Analytical cookies are used to understand how visitors interact with the website. These cookies help provide information on metrics such as the number of visitors, bounce rate, traffic source, etc.

No cookies to display.

Performance cookies are used to understand and analyze the key performance indexes of the website which helps in delivering a better user experience for the visitors.

No cookies to display.

Advertisement cookies are used to provide visitors with customized advertisements based on the pages you visited previously and to analyze the effectiveness of the ad campaigns.

No cookies to display.

Balik Arah, Negara-negara BRICS Tolak Dedolarisasi



loading…

Presiden Rusia Vladimir Putin, PM India Narendra Modi dan Pempimpin tertinggi China Xi Jinping. FOTO/TASS

JAKARTA – Aliansi BRICS sangat bersemangat untuk memulai agenda dedolarisasi hingga Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) ke-16 di Kazan, Rusia. Keadaan kini berbalik arah karena para anggota blok ini perlahan-lahan mundur dari inisiatif ini. Dolar AS dipandang sebagai penjahat utama ekonomi global di mana mata uang lokal berada di bawah kekuasaannya.

Agenda untuk membebaskan diri dari cengkeraman dolar AS memicu proses dedolarisasi yang dimulai oleh blok BRICS. Setelah Trump merebut kembali Gedung Putih, pembicaraan mengenai penggunaan dolar AS untuk perdagangan berkembang di antara negara-negara anggota.

Trump bersumpah untuk memberlakukan tarif 100% untuk semua barang yang masuk ke AS bagi negara-negara yang mencela dolar AS. Jika tarif ini diberlakukan, perbedaan finansial dapat menghantam aliansi BRICS lebih keras dari yang diperkirakan.

Sektor impor dan ekspor mereka akan menjadi yang pertama terpukul dan mengalami kerugian karena harus membayar lebih banyak pajak. Hal ini dapat membuat BRICS memikirkan kembali strategi mereka, karena dedolarisasi hanya akan merugikan ekonomi.

Anggota BRICS, India, adalah negara pertama yang secara terbuka menolak agenda dedolarisasi yang digagas oleh blok tersebut. Menteri Luar Negeri India, S. Jaishankar menegaskan negaranya tidak tertarik pada proses dedolarisasi. Ia mengungkapkan India akan menggunakan mata uang lokal hanya ketika opsi untuk tidak menyelesaikan perdagangan dalam dolar AS muncul.

“Kami tidak pernah secara aktif menargetkan dolar AS. Itu bukan bagian dari kebijakan ekonomi, politik, atau strategis kami,” ujar dia, dikutip dari Watcher Guru, Senin (18/11/2024).

Selain itu, anggota BRICS, Rusia, juga secara perlahan-lahan mundur dari proses dedolarisasi setelah kemenangan Trump. Putin menyebut USD sebagai “pilar kekuatan AS”. “Proposal-proposal kami tidak ditujukan untuk melawan Dolar. Ini hanyalah cara kami menjawab tantangan zaman modern, sebagai respons terhadap perkembangan ekonomi yang kami pikirkan,” tegas Putin.

(nng)



You May Also Like

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *