Customize Consent Preferences

We use cookies to help you navigate efficiently and perform certain functions. You will find detailed information about all cookies under each consent category below.

The cookies that are categorized as "Necessary" are stored on your browser as they are essential for enabling the basic functionalities of the site. ... 

Always Active

Necessary cookies are required to enable the basic features of this site, such as providing secure log-in or adjusting your consent preferences. These cookies do not store any personally identifiable data.

No cookies to display.

Functional cookies help perform certain functionalities like sharing the content of the website on social media platforms, collecting feedback, and other third-party features.

No cookies to display.

Analytical cookies are used to understand how visitors interact with the website. These cookies help provide information on metrics such as the number of visitors, bounce rate, traffic source, etc.

No cookies to display.

Performance cookies are used to understand and analyze the key performance indexes of the website which helps in delivering a better user experience for the visitors.

No cookies to display.

Advertisement cookies are used to provide visitors with customized advertisements based on the pages you visited previously and to analyze the effectiveness of the ad campaigns.

No cookies to display.

Analis Sebut Kebijakan Isolasionis AS Bisa Percepat Dedolarisasi



loading…

Kebijakan isolasionis AS dinilai justru dapat mempercepat tren dedolarisasi. FOTO/Ilustrasi

JAKARTA – Jika Federal Reserve , landasan stabilitas keuangan global, menahan pendanaan dolar untuk para sekutunya selama masa-masa sulit, maka dunia dapat sangat mengurangi ketergantungannya pada mata uang tersebut. Analis Deutsche Bank menyebut hal itu menciptakan “pedang bermata dua” bagi AS yang ingin mencegah dedolarisasi.

Reuters melaporkan pada hari Sabtu (29/3/2025) bahwa beberapa pejabat bank sentral dan pengawas Eropa mempertanyakan apakah mereka masih dapat mengandalkan bank sentral AS untuk menyediakan pendanaan tersebut. Pasalnya, kepercayaan mereka pada Washington telah terguncang oleh kebijakan pemerintahan Trump.

Pada masa-masa sulit pasar, Fed telah menyediakan akses ke pendanaan dolar bagi Bank Sentral Eropa dan mitra utama lainnya. Dolar adalah mata uang dominan untuk perdagangan ekonomi dan arus modal.

“Hambatan untuk menarik dukungan di saat tekanan keuangan sistemik tampaknya sangat tinggi,” kata analis George Saravelos dan Oliver Harvey dalam sebuah catatan kepada klien, menilai kemungkinan skenario dan mengutip artikel Reuters.

Tanpa dukungan Fed, dalam jangka pendek, “perebutan likuiditas dolar akan mendorong biaya pendanaan dolar lebih tinggi, yang mengarah pada apresiasi tajam dolar AS.” Namun, tekanan keuangan akan menyebar ke sistem keuangan AS juga, mereka menambahkan, dan efek limpahan dapat mencakup “penjualan aset AS secara besar-besaran.”

Meskipun Fed independen, “pemerintah AS dapat memiliki pengaruh tidak langsung baik melalui persuasi moral maupun penunjukan dewan pengurus Fed,” kata para analis. “AS secara teori dapat menggunakan ketersediaan jalur swap-nya secara selektif, sebagai imbalan untuk tujuan kebijakan lainnya.”

Bagi Jane Foley, kepala strategi valas Rabobank, pertanyaan dari beberapa pejabat bank sentral dan pengawas Eropa mengenai dukungan dolar oleh Fed menunjukkan “perubahan besar” dalam hubungan antara AS dan sekutu Eropa selama beberapa bulan terakhir dan “lingkup pengaruh yang mengganggu dari Presiden AS.”

“Kebijakan perdagangan dan luar negeri Trump telah memaksa Eropa pada jalur menuju pengurangan ketergantungan pada AS dan ini kemungkinan menyiratkan keinginan untuk mengurangi ketergantungan pada dolar,” kata Foley dalam sebuah catatan.

“Trump mengancam negara-negara yang mencoba melakukan de-dolarisasi dengan tarif tambahan. Ironisnya, kebijakan isolasionisnya justru dapat mendorong tren tersebut.”

Analis Deutsche Bank juga mengatakan penarikan jalur swap Fed “memiliki kapasitas untuk menciptakan ketidakstabilan keuangan yang sangat besar pada saat-saat stres.”

“Jika penarikan tersebut menjadi perhatian, kemungkinan akan menciptakan tekanan bagi seluruh dunia untuk melakukan de-dolarisasi lebih cepat,” mereka menambahkan.

(fjo)



You May Also Like

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *