Customize Consent Preferences

We use cookies to help you navigate efficiently and perform certain functions. You will find detailed information about all cookies under each consent category below.

The cookies that are categorized as "Necessary" are stored on your browser as they are essential for enabling the basic functionalities of the site. ... 

Always Active

Necessary cookies are required to enable the basic features of this site, such as providing secure log-in or adjusting your consent preferences. These cookies do not store any personally identifiable data.

No cookies to display.

Functional cookies help perform certain functionalities like sharing the content of the website on social media platforms, collecting feedback, and other third-party features.

No cookies to display.

Analytical cookies are used to understand how visitors interact with the website. These cookies help provide information on metrics such as the number of visitors, bounce rate, traffic source, etc.

No cookies to display.

Performance cookies are used to understand and analyze the key performance indexes of the website which helps in delivering a better user experience for the visitors.

No cookies to display.

Advertisement cookies are used to provide visitors with customized advertisements based on the pages you visited previously and to analyze the effectiveness of the ad campaigns.

No cookies to display.

Akhir Tahun 2024, Inflasi Jakarta Lebih Rendah Dibanding Nasional



loading…

Akhir tahun 2024, Jakarta mencatatkan inflasi yang lebih rendah terhadap nasional dan terkendali. Foto/Dok

JAKARTA – Akhir tahun 2024, Jakarta mencatatkan inflasi yang lebih rendah terhadap nasional dan terkendali. Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia Jakarta, Arlyana Abubakar mengatakan, inflasi di pusat ekonomi Indonesia tercatat 0,37%.

Sekalipun lebih tinggi dari inflasi bulan sebelumnya sebesar 0,29. “Secara keseluruhan inflasi Jakarta setahun mencapai 1,48 persen. Lebih rendah dari inflasi nasional 1,57 persen,” kata Arlyana dalam siaran persnya, Kamis (2/1/2025).

Secara rinci, Arlyana menuturkan kenaikan inflasi disebabkan beberapa kelompok seperti makanan, minuman, dan tembakau; perawatan pribadi dan jasa lainnya; serta kesehatan. Adapun meningkatnya inflasi makanan di Jakarta sebesar 1,33%, lantaran kenaikan harga cabai merah, telur ayam ras, beras, dan minyak goreng.

“Ini karena terbatasnya pasokan sebagai dampak dari tingginya curah hujan di tengah meningkatnya permintaan jelang HBKN Nataru,” jelas Arlyana.

Kondisi demikian diperburuk dengan harga telur ayam ras yang juga mengalami kenaikan sejalan dengan terbatasnya pasokan yang dipengaruhi oleh kondisi cuaca yang memengaruhi produktivitas ayam petelur dan masuknya periode akhir beberapa produsen.

Sementara itu kenaikan harga minyak goreng dipengaruhi oleh berlanjutnya kenaikan harga Crude Palm Oil (CPO) global sehingga berdampak pada kenaikan harga domestik. Meski baik, Arlyana enggan terlena, pihak tetap bersinergi dengan Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) Provinsi DKI Jakarta agar inflasi masih terkendali serta melakukan beberapa langkah kongkrit.

“Ke depan, sinergi antara Pemerintah Daerah dengan Bank Indonesia serta seluruh stakeholder terkait yang tergabung dalam TPID DKI Jakarta akan terus diperkuat untuk memastikan strategi 4K (Ketersediaan Pasokan, Keterjangkauan Harga, Kelancaran Distribusi dan Komunikasi Efektif) dapat berjalan baik dan efektif, utamanya melalui Gerakan Nasional Pengendalian Inflasi Pangan (GNPIP),” tuturnya.

Dengan berbagai upaya tersebut, inflasi Jakarta pada 2025 diharapkan dapat tetap dijaga dalam sasaran 2,5±1 persen.

(akr)



You May Also Like

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *