Customize Consent Preferences

We use cookies to help you navigate efficiently and perform certain functions. You will find detailed information about all cookies under each consent category below.

The cookies that are categorized as "Necessary" are stored on your browser as they are essential for enabling the basic functionalities of the site. ... 

Always Active

Necessary cookies are required to enable the basic features of this site, such as providing secure log-in or adjusting your consent preferences. These cookies do not store any personally identifiable data.

No cookies to display.

Functional cookies help perform certain functionalities like sharing the content of the website on social media platforms, collecting feedback, and other third-party features.

No cookies to display.

Analytical cookies are used to understand how visitors interact with the website. These cookies help provide information on metrics such as the number of visitors, bounce rate, traffic source, etc.

No cookies to display.

Performance cookies are used to understand and analyze the key performance indexes of the website which helps in delivering a better user experience for the visitors.

No cookies to display.

Advertisement cookies are used to provide visitors with customized advertisements based on the pages you visited previously and to analyze the effectiveness of the ad campaigns.

No cookies to display.

Air, Listrik, dan Harga BBM Menyumbang Inflasi Jakarta 0,03% di Oktober 2024



loading…

Tekanan inflasi terutama bersumber dari kelompok perawatan pribadi dan jasa lainnya, kelompok perumahan, air, listrik, dan bahan bakar rumah tangga, serta kelompok makanan, minuman, dan tembakau. Foto/Dok

JAKARTA – Jakarta kembali catatkan inflasi sebesar 0,03% di Oktober 2024. Tekanan inflasi bersumber dari kelompok Perawatan Pribadi dan Jasa Lainnya, kelompok Perumahan, Air, Listrik, dan Bahan Bakar Rumah Tangga, serta kelompok Makanan, Minuman, dan Tembakau.

Meski demikian, Kepala Kantor Perwakilan Bank DKI Jakarta , Arlyana Abubakar mengatakan, inflasi yang terjadi jauh lebih rendah di bandingkan sebelumnya, yaitu 1,70%. Artinya kata Arlyana, inflasi ini masih terkendali dan lebih rendah dari nasional sebesar 1,71%.

“Tekanan inflasi terutama bersumber dari kelompok perawatan pribadi dan jasa lainnya, kelompok perumahan, air, listrik, dan bahan bakar rumah tangga, serta kelompok makanan, minuman, dan tembakau,” kata Arlyana dalam siaran persnya, Jumat (1/11/2024)

Terlepas dari, kelompok transportasi yang sebelumnya menjadi penyebab inflasi, kini mengalami deflasi. Sementara inflasi tertinggi bersumber dari kenaikan harga emas perhiasan sejalan dengan berlanjutnya tren kenaikan harga emas global.

Sedangkan kelompok perumahan, air, listrik, dan bahan bakar rumah tangga mengalami inflasi sebesar 0,14 persen (mtm), dengan sumbangan inflasi sebesar 0,03%, utamanya didorong oleh kenaikan upah tukang bukan mandor.

Di sisi lain, kenaikan harga daging ayam ras didorong oleh kenaikan harga livebird di tingkat peternak. “Sementara itu, kenaikan harga kopi bubuk didorong oleh harga kopi global yang meningkat dipengaruhi oleh kondisi cuaca panas dan kekeringan yang melanda sejumlah negara produsen,” tambah Arlyana.

Sedangkan terjadinya deflasi terutama dipengaruhi oleh penurunan tarif transportasi udara dan harga bensin, sejalan dengan penurunan harga BBM nonsubsidi baik Pertamax, Pertamax Turbo, Pertamax Green 95, Dexlite, dan Pertamina Dex.

Sementara untuk menekan tingginya inflasi, TPID Provinsi DKI Jakarta telah melakukan berbagai kegiatan dalam rangka pengendalian inflasi, antara lain seperti program sembako murah dan pangan bersubsidi di berbagai wilayah Jakarta serta bazar pangan murah yang menjangkau daerah terluar Kepulauan Seribu yaitu Pulau Sabira.

Perluasan Kerja Sama Antar Daerah (KAD) antara Food Station dengan PT Sentral Retailindo dan PT Mitra Jembrana (Bali), Penyelenggaraan High Level Meeting (HLM) TPID untuk pengendalian inflasi jelang akhir tahun; serta Rapat Koordinasi TPID mingguan dalam rangka pemantauan stok dan harga.

“Ke depan, sinergi TPID DKI Jakarta akan terus diperkuat untuk memastikan strategi 4K (Ketersediaan Pasokan, Keterjangkauan Harga, Kelancaran Distribusi dan Komunikasi Efektif) dapat berjalan baik dan efektif, utamanya melalui Gerakan Nasional Pengendalian Inflasi Pangan (GNPIP),” tutupnya.

(akr)



You May Also Like

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *