loading…
Sejumlah negara yang berasal dari benua Amerika juga tertarik bergabung bersama BRICS, usai tidak terpengaruh oleh tekanan Barat. Foto/Dok
Pada tahun lalu, Menteri Luar Negeri Afrika Selatan, Naledi Pandor mengatakan, 40 negara menyatakan minat menjadi anggota BRICS. Setidaknya 23 dari 40 negara itu sangat serius untuk mendaftar dan bergabung dengan geng yang dipimpin Rusia-China itu.
Namun, Pandor menekankan, BRICS tidak diarahkan untuk menjadi kumpulan negara anti-Barat. Organisasi itu menarik karena dianggap bisa menjadi salah satu perangkat diplomasi negara-negara berkembang. Kini perluasan keanggotaan terus menjadi salah satu agenda KTT BRICS, bahkan setelah mendapatkan member baru di awal tahun 2024 lalu.
Perluasananggota BRICS menjadi salah satu hasil utama dari KTT ke-15 di Afrika Selatan. Negara-negara tersebut adalah Argentina, Ethiopia, Iran, Arab Saudi, Mesir, dan Uni Emirat Arab. Namun belakangan Argentina menolak bergabung dengan BRICS usai lebih condong ke Barat.
Tidak terpengaruh oleh tekanan Barat, sejumlah negara yang berasal dari benua Amerika juga tertarik bergabung. Dengan meningkatnya minat pada Bank Pembangunan Baru (NDB) dan klub politik BRICS, lebih banyak negara bertaruh pada kemungkinan peta kekuatan global yang lebih merata.
Daftar 5 Negara Benua Amerika yang Berpotensi Gabung BRICS
1. Bolivia
Presiden Bolivia, Luis Arce sempat menyatakan minatnya pada keanggotaan BRICS pada akhir tahun lalu. Pemerintahnya mengatakan pada bulan Juli bahwa pihaknya bertekad untuk mengekang ketergantungan pada dolar AS untuk perdagangan luar negeri.
Alih-alih beralih ke yuan China, hal itu sejalan dengan tujuan yang dinyatakan oleh para pemimpin BRICS untuk mengurangi ketergantungan pada mata uang AS. Negara asal Amerika Selatan itu melihat BRICS sebagai organisasi yang memberikan peluang ekspansif kepada negara-negara anggotanya untuk tumbuh secara ekonomi.
“BRICS adalah ruang di mana peluang besar terbuka, dalam perdagangan, akses ke sumber daya keuangan dan mempercepat pembangunan ekonomi dan sosial kita, membawa kita ke perbatasan baru,” kata pemimpin Bolivia itu seperti dikutip dari TV Telesur.
“Sangat penting untuk melanjutkan jalan menuju dunia yang berdaulat, anti-hegemonik dan multipolar,” tambahnya.