Customize Consent Preferences

We use cookies to help you navigate efficiently and perform certain functions. You will find detailed information about all cookies under each consent category below.

The cookies that are categorized as "Necessary" are stored on your browser as they are essential for enabling the basic functionalities of the site. ... 

Always Active

Necessary cookies are required to enable the basic features of this site, such as providing secure log-in or adjusting your consent preferences. These cookies do not store any personally identifiable data.

No cookies to display.

Functional cookies help perform certain functionalities like sharing the content of the website on social media platforms, collecting feedback, and other third-party features.

No cookies to display.

Analytical cookies are used to understand how visitors interact with the website. These cookies help provide information on metrics such as the number of visitors, bounce rate, traffic source, etc.

No cookies to display.

Performance cookies are used to understand and analyze the key performance indexes of the website which helps in delivering a better user experience for the visitors.

No cookies to display.

Advertisement cookies are used to provide visitors with customized advertisements based on the pages you visited previously and to analyze the effectiveness of the ad campaigns.

No cookies to display.

172 Juta Rakyat Indonesia Hidup Susah, Kemiskinan Tertinggi Kedua di ASEAN



loading…

Indonesia sebagai negara dengan tingkat kemiskinan tertinggi kedua di ASEAN setelah Myanmar. FOTO/dok.SindoNews

JAKARTA – Bank Dunia melaporkan sekitar 60,3% penduduk Indonesia atau sekitar 172 juta orang tergolong miskin. Angka ini menjadikan Indonesia sebagai negara dengan tingkat kemiskinan tertinggi kedua di ASEAN setelah Myanmar.

World Bank mendefinisikan kemiskinan berdasarkan ambang batas pengeluaran per kapita sebesar USD6,85 per hari. Data ini mencerminkan tantangan besar yang dihadapi pemerintah dalam upaya pengentasan kemiskinan, terutama di tengah pemulihan ekonomi pascapandemi Covid-19.

Bank Dunia memproyeksikan bahwa tingkat kemiskinan, yang dihitung menggunakan ambang batas negara berpendapatan menengah ke bawah, akan turun menjadi 11,5% pada tahun 2027, asalkan permintaan tetap terjaga. Tingginya angka kemiskinan ini menuntut langkah-langkah strategis yang lebih efektif dari pemerintah untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

Bank Dunia menekankan pentingnya program-program yang dapat menciptakan lapangan kerja serta meningkatkan akses pendidikan dan layanan kesehatan sebagai upaya untuk mengurangi angka kemiskinan yang masih tinggi.

Pemerintah diharapkan dapat berkolaborasi dengan berbagai pihak, termasuk sektor swasta dan organisasi non-pemerintah, untuk merumuskan kebijakan yang lebih inklusif dan berkelanjutan. Dengan upaya bersama, diharapkan angka kemiskinan di Indonesia dapat berkurang secara signifikan dalam beberapa tahun ke depan.

Laporan Bank Dunia mengingatkan masalah kemiskinanmerupakan isu krusial yang perlu ditangani secara serius. Kesadaran dan tindakan kolektif dari seluruh elemen masyarakat sangat diperlukan untuk menciptakan perubahan positif dan meningkatkan kualitas hidup rakyat Indonesia.

Berdasarkan laporan Macro Poverty Outlook April 2025, Bank Dunia memproyeksikan angka penduduk miskin di Indonesia akan turun menjadi 58,7% pada tahun 2025, 57,2% pada tahun 2026, dan 55,5% pada tahun 2027. Penurunan ini dihitung berdasarkan ambang batas garis kemiskinan negara berpendapatan menengah ke atas.

Angka kemiskinan Indonesia terus mengalami penurunan dari 62,6% pada 2022, 61,8% pada tahun 2023, hingga estimasi 60,3% pada tahun 2024. Dengan jumlah penduduk Indonesia yang diperkirakan mencapai 285,1 juta pada tahun 2024, maka jumlah penduduk miskin tersebut setara dengan 172 juta orang.

(nng)



You May Also Like

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *