Customize Consent Preferences

We use cookies to help you navigate efficiently and perform certain functions. You will find detailed information about all cookies under each consent category below.

The cookies that are categorized as "Necessary" are stored on your browser as they are essential for enabling the basic functionalities of the site. ... 

Always Active

Necessary cookies are required to enable the basic features of this site, such as providing secure log-in or adjusting your consent preferences. These cookies do not store any personally identifiable data.

No cookies to display.

Functional cookies help perform certain functionalities like sharing the content of the website on social media platforms, collecting feedback, and other third-party features.

No cookies to display.

Analytical cookies are used to understand how visitors interact with the website. These cookies help provide information on metrics such as the number of visitors, bounce rate, traffic source, etc.

No cookies to display.

Performance cookies are used to understand and analyze the key performance indexes of the website which helps in delivering a better user experience for the visitors.

No cookies to display.

Advertisement cookies are used to provide visitors with customized advertisements based on the pages you visited previously and to analyze the effectiveness of the ad campaigns.

No cookies to display.

11 Negara yang Paling Terpukul Tarif AS, Ada China hingga Indonesia



loading…

Daftar negara yang paling terdampak kebijakan tarif AS salah satunya Indonesia. FOTO/iStock

JAKARTA – Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump baru-baru ini mengumumkan kenaikan tarif impor untuk sejumlah negara mitra dagang dengan dampak yang signifikan terhadap lebih dari 60 negara dan blok perdagangan. Langkah ini menjadi bagian dari eskalasi yang memicu potensi perang dagang global.

Kenaikan tarif ini mencakup tarif sebesar 10% untuk hampir semua impor ke AS dengan sejumlah negara menghadapi tarif yang lebih tinggi. Negara-negara dengan defisit perdagangan besar dengan AS menjadi sasaran utama dari kebijakan ini.

Tarif baru ini memengaruhi mitra dagang utama AS, di antaranya China dan Uni Eropa. China dikenakan tarif sebesar 34%, yang merupakan tambahan dari bea masuk 20% yang sebelumnya diberlakukan untuk semua impor dari China. Sementara itu, Uni Eropa menghadapi tarif sebesar 20%.

Menurut data dari Biro Sensus AS, China dan Uni Eropa menyumbang sekitar seperempat dari total impor AS pada tahun 2024. Mereka berada di urutan teratas bersama dengan Meksiko dalam hal volume impor ke AS.

Selain itu, sejumlah negara Asia Tenggara seperti Vietnam, Laos, dan Kamboja diperkirakan akan terpengaruh besar, dengan tarif yang naik hingga 46% hingga 49%. Negara-negara ini menjadi andalan AS untuk barang-barang konsumsi, mesin, peralatan listrik, dan tekstil.

Namun, Meksiko dan Kanada tidak termasuk dalam daftar tersebut. Meski demikian, tarif 25% yang saat ini berlaku untuk ekspor mereka ke AS berdasarkan Perjanjian Amerika Serikat-Meksiko-Kanada (USMCA) tetap berlaku, kecuali untuk energi dan kalium dari Kanada, yang dikenakan tarif 10%.

Penetapan tarif ini menargetkan negara-negara dengan surplus perdagangan yang besar terhadap AS. Sebagai contoh, defisit perdagangan AS dengan China pada tahun 2024 diperkirakan mencapai USD 295,4 miliar, sementara AS mengimpor barang-barang senilai USD 439,9 miliar dari China.

Dengan demikian, tarif resiprokal yang diterapkan pada China sebesar 34% merupakan bagian dari kebijakan untuk mengurangi defisit perdagangan tersebut. “Langkah-langkah ini fokus pada negara-negara yang memiliki surplus perdagangan signifikan dengan AS,” ujar Mike O’Rourke, Kepala Strategi Pemasaran di Jones Trading, dilansir dari CNN, Rabu (9/4/2025).



You May Also Like

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *