Customize Consent Preferences

We use cookies to help you navigate efficiently and perform certain functions. You will find detailed information about all cookies under each consent category below.

The cookies that are categorized as "Necessary" are stored on your browser as they are essential for enabling the basic functionalities of the site. ... 

Always Active

Necessary cookies are required to enable the basic features of this site, such as providing secure log-in or adjusting your consent preferences. These cookies do not store any personally identifiable data.

No cookies to display.

Functional cookies help perform certain functionalities like sharing the content of the website on social media platforms, collecting feedback, and other third-party features.

No cookies to display.

Analytical cookies are used to understand how visitors interact with the website. These cookies help provide information on metrics such as the number of visitors, bounce rate, traffic source, etc.

No cookies to display.

Performance cookies are used to understand and analyze the key performance indexes of the website which helps in delivering a better user experience for the visitors.

No cookies to display.

Advertisement cookies are used to provide visitors with customized advertisements based on the pages you visited previously and to analyze the effectiveness of the ad campaigns.

No cookies to display.

10 Negara Baru Ucapkan Selamat Tinggal pada Dolar AS, Beralih ke Mata Uang Lokal



loading…

Dominasi dolar Amerika Serikat (AS) sebagai mata uang global mulai mendapatkan tantangan serius. FOTO/iStock Photo

JAKARTA – Dominasi dolar Amerika Serikat (AS) sebagai mata uang global mulai mendapatkan tantangan serius. Sepuluh negara baru anggota Persemakmuran Negara-negara Merdeka (CIS) sepakat mengurangi ketergantungan pada dolar AS dan beralih ke mata uang lokal dalam transaksi internasional.

Langkah tersebut merupakan bagian dari tren dedolarisasi yang kian menguat akibat ketidakstabilan kebijakan ekonomi AS dan ketegangan geopolitik global. Dolar AS belakangan mengalami tekanan signifikan, nilainya terus melemah didorong oleh kebijakan tarif tinggi era Donald Trump dan kritik terhadap penggunaan dolar sebagai alat sanksi ekonomi.

Baca Juga: 3 Mata Uang Asia Ini Bisa Gulingkan Dominasi Dolar AS, Ada Tetangga Dekat Indonesia

Dalam laporan terbaru, Deutsche Bank memperingatkan bahwa dolar AS berpotensi kehilangan status sebagai mata uang cadangan utama dunia.

“Kami melihat risiko pergeseran besar dalam alokasi modal global. Prasyarat untuk tren penurunan dolar yang lebih dalam sudah terbentuk,” ujar George Saravelos, ekonom Deutsche Bank, seperti dikutip dari Watcher Guru, Senin (5/5).

Pandangan serupa disampaikan Goldman Sachs. Bank investasi tersebut memprediksi dolar AS akan menghadapi tekanan lebih lanjut, terutama jika tren dedolarisasi terus mendapatkan momentum.

Dalam pertemuan terbaru, sepuluh negara CIS menyepakati penggunaan mata uang lokal untuk transaksi bilateral, mengurangi ketergantungan pada dolar AS. Negara-negara tersebut di antaranya;

1. Armenia
2. Azerbaijan
3. Belarusia
4. Kazakhstan
5. Kyrgyzstan
6. Moldova
7. Rusia
8. Tajikistan
9. Turkmenistan
10. Uzbekistan

Baca Juga: Donald Trump Unggah Gambar Dirinya sebagai Paus, Picu Kemarahan Katolik

Keputusan ini sejalan dengan upaya negara-negara ASEAN yang telah lebih dulu memprioritaskan mata uang lokal dalam perdagangan regional. Para analis memperingatkan, jika tren ini berlanjut, dominasi dolar AS dalam sistem keuangan global bisa terus terkikis. Namun, transisi penuh ke mata uang lokal membutuhkan waktu dan stabilitas ekonomi yang memadai.

“Meski prediksi nilai tukar sulit, kami melihat potensi pelemahan dolar lebih jauh dalam beberapa tahun ke depan,” kata ekonom Goldman Sachs, Jan Hatzius.

Langkah negara-negara CIS ini menjadi penanda penting dalam upaya global mengurangi ketergantungan pada dolar AS. Jika semakin banyak negara mengikuti, peta kekuatan mata uang dunia mungkin akan berubah secara signifikan.

(nng)



You May Also Like

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *