loading…
Zvi Kogan (kanan), warga Israel-Moldova, hilang di Dubai, Uni Emirat Arab. Rezim Zionis menduga Iran di balik hilangnya Kogan, dan Mossad turun tangan. Foto/Lazar Berman
Menurut laporan Jerusalem Post, Minggu (24/11/2024), hilangnya Kogan diduga sebagai pekerjaan Iran. Namun, Teheran tidak berkomentar atas tuduhan tersebut.
Kogan bekerja di Pasukan Pertahanan Israel (IDF) dan merupakan utusan Chabad, sekte Yudaisme Ortodoks konservatif.
UEA secara resmi mengumumkan bahwa mereka tengah memantau hilangnya Kogan. Demikian diumumkan Direktur Departemen Urusan Warga Negara Asing di Kementerian Luar Negeri, Majed Al Mansoori, pada hari Sabtu.
Kogan telah tinggal di Uni Emirat Arab dengan mengelola sebuah supermarket di Dubai, dan menikah dengan seorang wanita Amerika Serikat (AS).
“Zvi Kogan, warga negara Israel-Moldova dan utusan Chabad yang tinggal di Uni Emirat Arab, telah hilang sejak Kamis sore,” tulis Kantor Perdana Menteri (PMO) Israel dalam sebuah pernyataan.
“Badan intelijen dan keamanan Israel bekerja tanpa lelah karena khawatir akan keselamatan dan kesejahteraan Zvi Kogan,” lanjut PMO.
Dewan Keamanan Nasional Israel sebelumnya telah mengeluarkan peringatan perjalanan Level 3 (ancaman sedang) untuk UEA, menyarankan warganya agar tidak melakukan perjalanan yang tidak penting ke tujuan tersebut dan merekomendasikan peningkatan tindakan pencegahan bagi mereka yang tinggal di sana.
Media Zionis, Ynet, melaporkan kendaraan Kogan ditemukan di sebuah kota sekitar satu setengah jam dari Dubai.
Menurut laporan tersebut, pihak berwenang Zionis menduga bahwa Kogan diculik oleh tiga warga negara Uzbekistan yang kemudian melarikan diri ke Turki—operasi di bawah pengawasan Iran.
Cabang Chabad di UEA mendukung ribuan pengunjung dan penduduk Yahudi di negara tersebut, menyediakan layanan keagamaan dan sosial bagi orang-orang Yahudi di seluruh wilayah Teluk, menurut situs webnya.
UEA menjadi negara Arab paling terkemuka dalam 30 tahun terakhir yang menjalin hubungan formal dengan Israel berdasarkan perjanjian yang ditengahi Amerika Serikat (AS) pada tahun 2020, yang dinamai Abraham Accords. Negara ini telah mempertahankan hubungan tersebut selama Perang Israel-Hamas di Gaza.
(mas)