loading…
Ukraina menggunakan drone naga untuk melawan tentara Rusia. Foto/ Khorne Group
Amunisi pembakar tersebut dikembangkan di Jerman dan digunakan secara luas oleh Nazi dan Sekutu selama Perang Dunia Kedua.
Selama seminggu, beberapa saluran Telegram yang terhubung dengan militer Ukraina menerbitkan video drone “penyembur api” yang terbang rendah yang menargetkan posisi Rusia di daerah hutan, kata penyiar tersebut dalam sebuah artikel pada hari Sabtu.
UAV, yang dijuluki “drone naga” karena logam cair yang dikeluarkannya menyerupai api yang keluar dari mulut reptil mistis tersebut, memberikan sentuhan baru pada teknologi bersejarah, katanya.
CNN melaporkan thermite adalah campuran bubuk aluminium dan oksida besi yang terbakar pada suhu hingga 2.200 derajat Celsius (4.000 derajat Fahrenheit). Amunisi tersebut dapat merobek logam atau dengan cepat menghancurkan tumbuhan yang menjadi tempat berlindung bagi pasukan.
Senjata pembakar seperti thermite, napalm, dan fosfor putih tidak dilarang untuk pertempuran berdasarkan hukum internasional.
Thermite awalnya dikembangkan oleh ahli kimia Jerman Hans Goldschmidt pada tahun 1890-an untuk keperluan sipil, tetapi akhirnya digunakan “dengan efek yang mengerikan” dalam kedua Perang Dunia, menurut media tersebut.
Selama Perang Dunia II, baik Nazi maupun Sekutu mengandalkan bom termit, yang sebagian besar dijatuhkan pada malam hari karena ketepatan tidak diperlukan. Amunisi pembakar tersebut menyebabkan kerusakan besar di banyak kota selama konflik karena penggunaannya sering mengakibatkan kebakaran besar.
Awal minggu ini, Dr Iain Overton, direktur eksekutif LSM Inggris Action on Armed Violence (AOAV), memperingatkan di X (sebelumnya Twitter) bahwa “penggunaan bom termit yang meluas meningkatkan kemungkinan senjata ini digunakan di daerah berpenduduk. Hasilnya bisa menjadi bencana besar, dengan cedera yang mengerikan dan hilangnya nyawa di antara warga sipil.”