Customize Consent Preferences

We use cookies to help you navigate efficiently and perform certain functions. You will find detailed information about all cookies under each consent category below.

The cookies that are categorized as "Necessary" are stored on your browser as they are essential for enabling the basic functionalities of the site. ... 

Always Active

Necessary cookies are required to enable the basic features of this site, such as providing secure log-in or adjusting your consent preferences. These cookies do not store any personally identifiable data.

No cookies to display.

Functional cookies help perform certain functionalities like sharing the content of the website on social media platforms, collecting feedback, and other third-party features.

No cookies to display.

Analytical cookies are used to understand how visitors interact with the website. These cookies help provide information on metrics such as the number of visitors, bounce rate, traffic source, etc.

No cookies to display.

Performance cookies are used to understand and analyze the key performance indexes of the website which helps in delivering a better user experience for the visitors.

No cookies to display.

Advertisement cookies are used to provide visitors with customized advertisements based on the pages you visited previously and to analyze the effectiveness of the ad campaigns.

No cookies to display.

‘Turki Jadi Negara Otoriter atau Demokratis?’



loading…

Demo kemarahan pada pemerintahan Presiden Recep Tayyip Erdogan semakin membesar di Turki. Foto/CNN Turk

ANKARA – Demo kemarahan pada pemerintahan Presiden Recep Tayyip Erdogan semakin membesar di Turki. Protes jalanan ini dipicu oleh penangkapan Wali Kota Istanbul Ekrem Imamoglu, rival terkuat Erdogan untuk pemilihan presiden 2028.

“Ada kemarahan yang besar. Orang-orang turun ke jalan secara spontan. Beberapa anak muda dipolitisasi untuk pertama kalinya dalam hidup mereka,” kata Yuksel Taskin, seorang anggota Parlemen dari partai oposisi utama; CHP.

Penangkapan Wali Kota Ekrem Imamoglu pada Rabu terjadi hanya beberapa hari sebelum CHP secara resmi mencalonkannya sebagai kandidat presiden untuk pemilihan presiden 2028.

Penangkapan Imamoglu, yang dituduh korupsi dan menjalin hubungan dengan organisasi teroris, memicu gelombang protes yang menyebar dalam waktu 48 jam ke lebih dari dua pertiga dari 81 provinsi di Turki, bahkan termasuk basis kuat Partai Keadilan dan Pembangunan (AKP)—partai berkuasa pimpinan Erdogan—seperti daerah pusat Konya, serta Trabzon dan Rize di Laut Hitam.

Meskipun protes dilarang dan pasukan polisi berjaga di jalan dalam jumlah besar, massa pengunjuk rasa yang besar telah turun ke jalan, termasuk banyak mahasiswa yang biasanya tidak terlihat terlibat dalam politik.

Protes tersebut merupakan yang terbesar di Turki sejak demonstrasi besar-besaran tahun 2013, yang dimulai di Gezi Park, Istanbul, untuk memprotes pembongkarannya dan menyebar ke hampir seluruh negeri.

“Perasaan terjebak—secara ekonomi, sosial, politik, dan bahkan budaya—sudah menyebar luas,” kata Kemal Can, jurnalis dan penulis sejumlah buku tentang masyarakat Turki kepada AFP, Senin (24/3/2025).

Penangkapan Imamoglu, katanya, telah memicu reaksi keras, “terutama di kalangan anak muda yang khawatir tentang masa depan mereka di negara yang kebebasannya semakin dibatasi. Reaksi itu jauh melampaui Imamoglu.”

“Anak-anak Para Perampas”

“Kami adalah anak-anak para ‘perampas’ yang kini telah dewasa,” demikian bunyi slogan yang diusung oleh banyak pengunjuk rasa muda, menggunakan istilah kuno yang dicetuskan Erdogan untuk para pengunjuk rasa Gezi Park tahun 2013 saat dia menjabat sebagai perdana menteri.



You May Also Like

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *