Customize Consent Preferences

We use cookies to help you navigate efficiently and perform certain functions. You will find detailed information about all cookies under each consent category below.

The cookies that are categorized as "Necessary" are stored on your browser as they are essential for enabling the basic functionalities of the site. ... 

Always Active

Necessary cookies are required to enable the basic features of this site, such as providing secure log-in or adjusting your consent preferences. These cookies do not store any personally identifiable data.

No cookies to display.

Functional cookies help perform certain functionalities like sharing the content of the website on social media platforms, collecting feedback, and other third-party features.

No cookies to display.

Analytical cookies are used to understand how visitors interact with the website. These cookies help provide information on metrics such as the number of visitors, bounce rate, traffic source, etc.

No cookies to display.

Performance cookies are used to understand and analyze the key performance indexes of the website which helps in delivering a better user experience for the visitors.

No cookies to display.

Advertisement cookies are used to provide visitors with customized advertisements based on the pages you visited previously and to analyze the effectiveness of the ad campaigns.

No cookies to display.

Trump Ingin Membangun Legasi untuk Dikenang oleh Dunia, Berikut 2 Strateginya



loading…

Donald Trump ingin membangun legasi sebagai pembawa perdamaian. Foto/X

WASHINGTON – Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump ingin menjadi pemimpin yang selalu diingat dalam sejarah di negaranya dan di seluruh dunia. Karena itu dia memiliki strategi khusus untuk mewujudkannya.

Bukan hanya karena banyak gebrakannya untuk mewujudkan kepentingan AS di atas segalanya. Tetapi, dia juga memiliki legasi untuk menjadi presiden yang dicintai rakyatnya.

Trump Ingin Membangun Legasi untuk Dikenang oleh Dunia, Berikut 2 Strateginya

1. Ingin Dikenang Membangun Perdamaian

Presiden AS Donald Trump mengatakan ia ingin dikenang oleh sejarah sebagai “pembawa perdamaian,” dan menegaskan kembali komitmennya untuk mengakhiri konflik militer, khususnya krisis Ukraina.

Ia menyampaikan pernyataan tersebut kepada banyak orang di Konferensi Aksi Politik Konservatif (CPAC) pada hari Sabtu, yang berkumpul untuk memperingati bulan pertamanya menjabat. Trump telah berulang kali menyatakan niatnya untuk segera mengakhiri konflik Ukraina, dengan alasan bahwa ia memiliki “kekuatan untuk mengakhiri perang ini” untuk “menyelamatkan nyawa.”

“Saya berharap warisan terbesar saya adalah sebagai pembawa perdamaian, bukan penakluk, saya tidak ingin menjadi penakluk,” kata presiden AS kepada hadirin.

2. Ingin Jadi Pemimpin Pemersatu

Pernyataan itu menggemakan pidato pelantikannya, ketika Trump mengatakan ia ingin dikenang sebagai “pembawa perdamaian dan pemersatu,” menambahkan bahwa kekuatan suatu bangsa harus diukur dari perang yang diakhirinya atau dicegahnya, bukan dari perang yang dimenangkannya.

Pernyataan itu tampaknya merujuk pada pendahulunya Joe Biden, yang menghabiskan miliaran dolar untuk mempersenjatai Kiev dan secara besar-besaran meningkatkan pasokan senjata ke Ukraina pada minggu-minggu terakhir masa jabatannya.

Trump telah berulang kali menyalahkan Biden atas konflik Rusia-Ukraina yang sedang berlangsung, dengan mengklaim bahwa perang tidak akan pernah meletus jika ia tetap menjabat. Menurut Trump, pernyataan pendahulunya tentang kemungkinan Kiev bergabung dengan NATO merupakan provokasi kritis yang secara langsung berkontribusi pada konflik tersebut.

Baca Juga: Rusia Tetap Jadi Pemenang, Ukraina Kalah Memalukan

Berbicara di CPAC, Trump juga mengatakan ia yakin “kita cukup dekat” dengan kesepakatan tentang Ukraina. Pernyataan itu muncul di tengah dialog AS-Rusia yang semakin intensif yang difokuskan pada upaya perdamaian untuk menyelesaikan konflik Ukraina.

Pada hari Sabtu, Sekretaris Pers Gedung Putih Karoline Leavitt mengatakan bahwa pemerintahan Trump fokus untuk melanjutkan pembicaraan dengan kedua belah pihak dan optimis bahwa kesepakatan damai dapat dicapai “minggu ini.”

Perkembangan ini menyusul pembicaraan tingkat tinggi antara diplomat AS dan Rusia yang berlangsung di Arab Saudi minggu lalu. Pertemuan tersebut, yang menandai upaya langsung pertama oleh kedua pihak untuk menormalisasi hubungan setelah hampir tiga tahun permusuhan di bawah pemerintahan Biden, difokuskan pada pemulihan hubungan bilateral dan penyelesaian konflik Ukraina. Negosiasi tersebut secara khusus mengecualikan perwakilan Ukraina dan Uni Eropa.

Baik Moskow maupun Washington memuji pembicaraan di Riyadh, sebuah inisiatif dari presiden Rusia dan AS, sebagai pembicaraan yang sangat produktif.

(ahm)



You May Also Like

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *