Customize Consent Preferences

We use cookies to help you navigate efficiently and perform certain functions. You will find detailed information about all cookies under each consent category below.

The cookies that are categorized as "Necessary" are stored on your browser as they are essential for enabling the basic functionalities of the site. ... 

Always Active

Necessary cookies are required to enable the basic features of this site, such as providing secure log-in or adjusting your consent preferences. These cookies do not store any personally identifiable data.

No cookies to display.

Functional cookies help perform certain functionalities like sharing the content of the website on social media platforms, collecting feedback, and other third-party features.

No cookies to display.

Analytical cookies are used to understand how visitors interact with the website. These cookies help provide information on metrics such as the number of visitors, bounce rate, traffic source, etc.

No cookies to display.

Performance cookies are used to understand and analyze the key performance indexes of the website which helps in delivering a better user experience for the visitors.

No cookies to display.

Advertisement cookies are used to provide visitors with customized advertisements based on the pages you visited previously and to analyze the effectiveness of the ad campaigns.

No cookies to display.

Terungkap! Sheikh Zayed Pernah Ragukan AS Akan Lindungi Pemimpin Arab saat Krisis



loading…

Pendiri Uni Emirat Arab, Sheikh Zayed bin Sultan Al Nahyan, pernah ragukan AS akan lindungi pemimpin Arab saat krisis politik pecah. Foto/uae-embassy.org

ABU DHABI – Dokumen rahasia pemerintah Inggris yang baru-baru ini ditemukan mengungkap pandangan mengejutkan dari pendiri Uni Emirat Arab, Sheikh Zayed bin Sultan Al Nahyan.

Dia ternyata pernah meragukan komitmen Amerika Serikat (AS) dalam melindungi para pemimpin Arab sekutu Washington saat menghadapi krisis politik atau pemberontakan rakyat.

Pandangan ini disampaikan langsung oleh Sheikh Zayed dan keponakannya yang juga Kepala Stafnya, Sheikh Surour, dalam pertemuan dengan Julian Amery—anggota Parlemen Inggris dari Partai Konservatif—pada Mei 1986 di Abu Dhabi.

Pertemuan itu terjadi ketika Richard Murphy, Asisten Menteri Luar Negeri AS untuk urusan Timur Dekat dan Asia Selatan, tengah mengunjungi Uni Emirat Arab.

Menurut catatan yang kini tersedia di Arsip Nasional Inggris dan diungkap oleh MEMO (Middle East Monitor), Rabu (23/4/2025), kedua pemimpin Emirat menyampaikan kekecewaan terhadap ketidakmampuan Presiden Ronald Reagan kala itu untuk meyakinkan Kongres AS agar menyetujui penjualan senjata kepada negara-negara sahabat di Arab.

“Jika perang Iran-Irak benar-benar meluas ke Teluk, apakah Pemerintahan Amerika akan bertindak melindungi negara-negara Teluk seperti yang mereka katakan, atau apakah Kongres dan opini publik Amerika akan menghentikan mereka?” tanya Sheikh Zayed dan Sheikh Surour, sebagaimana dikutip dalam catatan Amery.

Kegelisahan mereka dipicu oleh krisis regional akibat perang Iran-Irak yang telah berlangsung sejak 1980, serta oleh sejarah “pengkhianatan” AS terhadap para pemimpin sekutu yang tumbang akibat tekanan rakyat.

Contoh dari Iran, Filipina, hingga Haiti

Dalam catatannya kepada Perdana Menteri Inggris Margaret Thatcher saat itu, Amery menyebut bahwa kekecewaan terhadap AS di kalangan elite UEA merupakan “fitur paling mencolok” saat itu.

Dia menulis bahwa keraguan ini bukan semata karena dukungan AS terhadap Israel, tetapi lebih karena ketidakmampuan Washington dalam menjalankan kebijakan luar negerinya secara konsisten.



You May Also Like

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *