Customize Consent Preferences

We use cookies to help you navigate efficiently and perform certain functions. You will find detailed information about all cookies under each consent category below.

The cookies that are categorized as "Necessary" are stored on your browser as they are essential for enabling the basic functionalities of the site. ... 

Always Active

Necessary cookies are required to enable the basic features of this site, such as providing secure log-in or adjusting your consent preferences. These cookies do not store any personally identifiable data.

No cookies to display.

Functional cookies help perform certain functionalities like sharing the content of the website on social media platforms, collecting feedback, and other third-party features.

No cookies to display.

Analytical cookies are used to understand how visitors interact with the website. These cookies help provide information on metrics such as the number of visitors, bounce rate, traffic source, etc.

No cookies to display.

Performance cookies are used to understand and analyze the key performance indexes of the website which helps in delivering a better user experience for the visitors.

No cookies to display.

Advertisement cookies are used to provide visitors with customized advertisements based on the pages you visited previously and to analyze the effectiveness of the ad campaigns.

No cookies to display.

Tak Punya Pilihan Selain Lari ke Papa Amerika



loading…

Kerusakan parah di Israel akibat serangan rudal Iran. Iran meledek Israel yang dibantu Amerika Serikat dalam perang 12 hari. Foto/Tehran Times

TEHERAN Iran meledek habis-habisan Israel setelah dibantu Amerika Serikat (AS) dalam perang 12 hari. Teheran menyebut rezim Zionis tidak mempunyai pilihan lain selain lari mengadu kepada “Papa” Amerika.

Sebutan Amerika sebagai “Papa” atau “Daddy” pertama kali dicetuskan Sekretaris Jenderal NATO Mark Rutte ketika berbincang dengan Presiden AS Donald Trump di sela-sela KTT NATO di Den Haag. Saat itu, Rutte secara spontan memanggil Trump dengan sebutan “Daddy”.

Ledekan Iran disampaikan Menteri Luar Negeri (Menlu) Abbas Araghchi. Itu bermula dari sikap Trump yang mengejek peringatan keras Pemimpin Tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei. Teheran merespons dengan tajam, menuntut rasa hormat yang lebih besar jika Washington tulus untuk melanjutkan negosiasi nuklir.

Baca Juga: Jenderal IRGC Klaim Iran Baru Kerahkan 5% Kekuatannya dalam Perang Melawan Israel

Araghchi mendesak Trump untuk mengubah nadanya jika dia berharap untuk mencapai kesepakatan baru dengan Teheran.

“Jika Presiden Trump sungguh-sungguh ingin mencapai kesepakatan, dia harus mengesampingkan nada tidak hormat dan tidak dapat diterima terhadap Pemimpin Tertinggi Iran, Ayatollah Khamenei, dan berhenti menyakiti jutaan pengikutnya yang tulus,” tulis Araghchi di X.

Diplomat top Iran itu kemudian menekankan kebanggaan dan ketahanan budaya Iran melalui metafora kerajinan Persia, dengan menulis: “Kompleksitas dan keuletan orang Iran terkenal dalam karpet kami yang luar biasa, ditenun melalui kerja keras dan kesabaran yang tak terhitung jumlahnya. Namun sebagai sebuah bangsa, premis dasar kami sangat sederhana dan lugas: kami tahu nilai kami, menghargai kemerdekaan kami, dan tidak pernah membiarkan orang lain menentukan nasib kami.”

Komentar Araghchi berlanjut dengan ledekan yang ditujukan kepada Israel dan juga Amerika yang dia sebut sebagai “Papa”-nya rezim Zionis.

“Rakyat Iran yang hebat dan berkuasa, yang menunjukkan kepada dunia bahwa rezim Israel tidak punya pilihan selain berlari ke ‘Papa’ untuk menghindari diratakan oleh rudal kami, tidak menerima ancaman dan hinaan dengan baik. Jika Ilusi mengarah pada kesalahan yang lebih buruk, Iran tidak akan ragu untuk mengungkap kemampuan nyatanya, yang pasti akan mengakhiri delusi apa pun tentang kekuatan Iran,” imbuh Menlu Araghchi.

Araghchi mengakhiri pesannya dengan seruan untuk saling menghormati: “Niat baik menghasilkan niat baik, dan rasa hormat menghasilkan rasa hormat.”

Pertikaian verbal ini menyusul ketegangan antara kedua pemimpin negara. Pada hari Jumat lalu, Trump menolak klaim Khamenei yang disiarkan televisi bahwa Iran telah “memenangkan perang” atas Israel dan memperingatkan AS dan sekutunya untuk tidak melakukan serangan lebih lanjut.



You May Also Like

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *