Customize Consent Preferences

We use cookies to help you navigate efficiently and perform certain functions. You will find detailed information about all cookies under each consent category below.

The cookies that are categorized as "Necessary" are stored on your browser as they are essential for enabling the basic functionalities of the site. ... 

Always Active

Necessary cookies are required to enable the basic features of this site, such as providing secure log-in or adjusting your consent preferences. These cookies do not store any personally identifiable data.

No cookies to display.

Functional cookies help perform certain functionalities like sharing the content of the website on social media platforms, collecting feedback, and other third-party features.

No cookies to display.

Analytical cookies are used to understand how visitors interact with the website. These cookies help provide information on metrics such as the number of visitors, bounce rate, traffic source, etc.

No cookies to display.

Performance cookies are used to understand and analyze the key performance indexes of the website which helps in delivering a better user experience for the visitors.

No cookies to display.

Advertisement cookies are used to provide visitors with customized advertisements based on the pages you visited previously and to analyze the effectiveness of the ad campaigns.

No cookies to display.

Siapa Mojtaba Khamenei? Anak Pemimpin Tertinggi Ayatollah Ali Khamenei dan Penguasa Bayangan Iran



loading…

Mojtaba Hosseini Khamenei, putra kedua dari Pemimpin Tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei. Foto/ncr iran

TEHERAN – Mojtaba Hosseini Khamenei, putra kedua dari Pemimpin Tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei, merupakan salah satu figur paling berpengaruh namun misterius dalam struktur kekuasaan Republik Islam Iran.

Meski tidak pernah memegang jabatan resmi di pemerintahan, namanya kerap dikaitkan dengan berbagai kebijakan strategis negara, mulai dari urusan militer hingga represi terhadap gerakan rakyat.

Mojtaba memainkan peran penting di balik layar, membangun kekuasaan melalui jaringan keluarga, militer, dan institusi keagamaan, serta disebut-sebut sebagai calon kuat penerus ayahnya dalam posisi tertinggi negara.

Profilnya yang tertutup namun penuh kekuasaan menimbulkan kontroversi, terutama di tengah perdebatan publik mengenai legitimasi, pewarisan dinasti, dan masa depan sistem teokrasi Iran.

1. Latar Belakang dan Pendidikan

Mojtaba Hosseini Khamenei lahir pada 8 September 1969 di kota suci Mashhad, Iran. Ia merupakan anak kedua dari Ayatollah Ali Khamenei, Pemimpin Tertinggi Iran sejak 1989.

Kelahirannya terjadi pada masa gejolak politik menjelang Revolusi Islam 1979, sehingga kehidupan Mojtaba sejak kecil berada dalam atmosfer revolusioner dan ideologis yang sangat kuat.

Ayahnya saat itu sudah menjadi tokoh penting dalam oposisi anti-Shah dan kemudian menjadi presiden Iran (1981–1989) sebelum naik ke jabatan tertinggi negara.

Setelah menyelesaikan pendidikan dasar dan menengah, Mojtaba melanjutkan studi ke hawzah (pondok pesantren) di Qom—pusat pendidikan ulama Syiah.

Di sana, ia belajar fikih dan filsafat Islam di bawah bimbingan para ulama terkemuka seperti Ayatollah Mesbah Yazdi dan Lotfollah Safi Golpaygani.

Ia tidak dikenal sebagai ulama terkemuka, namun beberapa kalangan menyebutnya telah mencapai tingkat “Hojjatoleslam”, satu tingkat di bawah “Ayatollah”.

Hingga kini, ia belum diakui sebagai seorang marja‘ atau rujukan agama oleh kalangan ulama.

Pendidikan Mojtaba juga sangat berorientasi politik dan ideologis. Ia tidak sekadar belajar agama, tetapi juga menanamkan garis keras revolusioner Syiah.

Karakter pendidikannya menggambarkan pola pewarisan kekuasaan di Iran, di mana garis keturunan pemimpin besar turut dibekali pemahaman religius sebagai bekal pengaruh politik.

Namun, minimnya publikasi akademik atau pengajaran formalnya di Qom menunjukkan ia tidak mengambil jalur ulama publik secara tradisional.

2. Pengalaman Militer dan Basij

Mojtaba bergabung dengan Basij—milisi sukarelawan ideologis—pada masa remajanya, dan dilaporkan ikut serta dalam Perang Iran–Irak (1980–1988), khususnya dalam divisi Sayyid al‑Shuhada.

Meski perannya tidak banyak terdokumentasi, keterlibatannya memperkuat hubungan emosional dan strategisnya dengan militer ideologis Iran.

Basij dan IRGC (Pasukan Garda Revolusi) menjadi tulang punggung kekuasaan politik konservatif di Iran.

Setelah perang berakhir, Mojtaba tidak kembali ke kehidupan sipil biasa. Ia justru membangun koneksi militer dan keamanan dalam struktur IRGC.

Ia dikenal sebagai pengatur strategi di balik layar, termasuk dalam pelatihan pasukan elite Basij dan penyusunan doktrin ideologis.

Dalam dekade 2000-an, ia disebut-sebut memegang kendali langsung terhadap unit-unit tertentu dari Basij dan menjadi penghubung antara milisi ini dengan Pemimpin Tertinggi.

Keberadaan Mojtaba dalam Basij dan IRGC tidak bersifat simbolik saja. Ia aktif memberikan pengarahan kepada komandan lapangan dalam menghadapi demonstrasi dan gerakan mahasiswa.

Beberapa mantan pejabat intelijen Iran mengonfirmasi nama Mojtaba sering muncul dalam rapat rahasia pengambilan keputusan militer di level strategis.

Ini menunjukkan perannya bukan hanya sebagai “anak pemimpin”, tapi sebagai operator politik dan militer sejati.

3. Pengaruh dalam Kekuasaan Politik

Meskipun tidak pernah memegang jabatan resmi di pemerintahan Iran, Mojtaba Khamenei dikenal luas sebagai “figur bayangan” paling berpengaruh dalam lingkar kekuasaan Ayatollah Ali Khamenei.

Ia dikatakan bertindak sebagai penghubung utama antara ayahnya dengan militer, intelijen, dan faksi politik konservatif garis keras.

Tidak ada keputusan penting yang diambil tanpa keterlibatan langsung atau pengaruh dari Mojtaba.

Dalam Pemilu Presiden 2005 dan 2009, Mojtaba memainkan peran kunci dalam kemenangan Mahmoud Ahmadinejad.

Ia mengarahkan jaringan Basij untuk mendukung Ahmadinejad sebagai representasi kaum miskin dan konservatif, serta mengamankan dukungan dalam proses pemilu.

Setelah Ahmadinejad menjabat, banyak kebijakan kerasnya terhadap Barat dan oposisi domestik sejalan dengan visi Mojtaba dan IRGC.

Lebih dari itu, ia juga mengontrol beberapa media pemerintah dan outlet propaganda, seperti IRIB dan jaringan surat kabar konservatif.



You May Also Like

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *