loading…
Rusia barter teknologi nuklir dengan tentara Korea Utara, membuat Sekjen NATO Mark Rutte cemas. Foto/Sputnik
Barter teknologi nuklir dengan tentara oleh kedua negara itu diungkap Sekretaris Jenderal (Sekjen) NATO Mark Rutte.
Rutte juga mencemaskan perkembangan itu, yang menurutnya menjadi ancaman bagi NATO.
Selain itu, bos NATO tersebut mencemaskan pemulihan hubungan yang semakin erat antara Rusia, China, Korea Utara, dan Iran.
“Sebagai imbalan atas pasukan dan senjata, Rusia memberi Korea Utara dukungan untuk program rudal dan nuklirnya. Perkembangan ini dapat mengganggu stabilitas Semenanjung Korea dan bahkan mengancam Amerika Serikat,” kata Rutte, seperti dikutip dari RBC, Kamis (5/12/2024).
Menurutnya, invasi Rusia ke Ukraina telah mengancam semua orang. Itulah sebabnya Eropa dan Amerika Utara, serta mitra lainnya, harus bersatu.
Sebelumnya, Presiden Rusia Vladimir Putin telah meneken undang-undang perubahan doktrin nuklir.
Menurut doktrin nuklir terbarunya, Rusia dapat menggunakan senjata nuklir sebagai respons terhadap serangan senjata konvensional terhadap wilayahnya oleh negara non-nuklir dengan dukungan negara nuklir.
Pada awal Oktober, diketahui bahwa ribuan tentara dari Korea Utara telah tiba di Rusia. Mereka dilaporkan telah dikerahkan ke wilayah Kursk, tempat pertempuran pasukan Rusia dan Ukraina terjadi.
Menurut Menteri Luar Negeri Ukraina Andrii Sybiha, Korea Utara ingin menerima teknologi dari Rusia sebagai imbalan atas tentara, termasuk teknologi dalam rudal, nuklir, dan program militer lainnya.
(mas)