Customize Consent Preferences

We use cookies to help you navigate efficiently and perform certain functions. You will find detailed information about all cookies under each consent category below.

The cookies that are categorized as "Necessary" are stored on your browser as they are essential for enabling the basic functionalities of the site. ... 

Always Active

Necessary cookies are required to enable the basic features of this site, such as providing secure log-in or adjusting your consent preferences. These cookies do not store any personally identifiable data.

No cookies to display.

Functional cookies help perform certain functionalities like sharing the content of the website on social media platforms, collecting feedback, and other third-party features.

No cookies to display.

Analytical cookies are used to understand how visitors interact with the website. These cookies help provide information on metrics such as the number of visitors, bounce rate, traffic source, etc.

No cookies to display.

Performance cookies are used to understand and analyze the key performance indexes of the website which helps in delivering a better user experience for the visitors.

No cookies to display.

Advertisement cookies are used to provide visitors with customized advertisements based on the pages you visited previously and to analyze the effectiveness of the ad campaigns.

No cookies to display.

Profil Mahmoud Khalil, Aktivis Muslim AS yang Ditangkap karena Menentang Kebijakan Donald Trump



loading…

Mahmoud Khalil ditangkap karena menentang kebijakan Donald Trump. Foto/X/@JoshEakle

WASHINGTON – Profil Mahmoud Khalil akan diulas di artikel ini. Ia adalah aktivis Muslim Amerika Serikat (AS) yang baru-baru ini ditangkap karena menentang kebijakan Donald Trump.

Melansir FoxNews, Presiden Donald Trump mengumumkan pada Senin (10/3) bahwa agen Imigrasi dan Penegakan Bea Cukai AS (ICE) menangkap Mahmoud Khalil di apartemen milik universitasnya di Upper West Side. Departemen Keamanan Dalam Negeri dalam sebuah posting X menyebut pihaknya melakukan penangkapan tersebut untuk melindungi keamanan nasional AS dan mengklaim bahwa Khalil telah memimpin kegiatan yang berkaitan dengan Hamas.

Selama ini, Khalil memang dikenal sering menentang kebijakan dan sikap Donald Trump terhadap isu Palestina. Salah satu contohnya tentang larangan antisemitisme di kampus-kampus Amerika Serikat yang dianggapnya bisa membungkam kritik terhadap Israel dan dapat membatasi hak mahasiswa untuk menyuarakan dukungan terhadap Palestina.

Profil Mahmoud Khalil

Mahmoud Khalil adalah seorang aktivis Palestina kelahiran Suriah. Ia menjadi salah satu sosok yang paling menonjol dalam gelombang protes di Universitas Columbia dan kampus-kampus lain di seluruh dunia.

Melansir APNews, Khalil sebenarnya sudah menyelesaikan gelar master dari School of International and Public Affairs (SIPA) di Universitas Columbia pada Desember 2024. Namun, ia masih sering di sana karena menjadi negosiator mahasiswa, peran yang membuatnya sering berbicara dengan pejabat universitas dan pers.

Melihat latar belakangnya, Khalil lahir dan dibesarkan di Suriah. Meski begitu, ia disebutkan memiliki kakek-nenek Palestina yang dulu diusir dari tanah airnya.

Sebelum melanjutkan pendidikan di Amerika Serikat, Khalil menyelesaikan studi sarjananya di Beirut. Pada 2022, ia datang ke AS dengan visa pelajar untuk melanjutkan studi pascasarjana di Universitas Columbia.

Kemudian, Khalil juga menikahi seorang perempuan yang merupakan warga negara AS pada 2023. Setelahnya, ia menjadi penduduk tetap yang sah dan dikenal sebagai pemegang kartu hijau pada tahun lalu.

Selama beberapa waktu, Khalil juga disebutkan sempat bekerja sebagai petugas urusan politik di Badan Bantuan dan Pekerjaan PBB untuk Pengungsi Palestina (UNRWA) di New York. Sementara di Universitas Columbia, ia dikenal aktif dalam berbagai aksi pro-Palestina, termasuk berperan sebagai negosiator utama dalam “Gaza Solidarity Encampment” pada April 2024

Sejalan dengan aktivitasnya yang dianggap ancaman, Khalil mulai diselidiki oleh badan disiplin baru di Universitas Columbia yang berfokus pada pengaduan pelecehan dan diskriminasi. Tak jarang, ia juga mulai mendapat diskriminasi dan ancaman.

Baca Juga: Proposal Mesir untuk Gaza 2030 Persatukan Negara-negara Arab



You May Also Like

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *