Perang Gaza Tanpa Tujuan, Kabinet Netanyahu Harus Mundur



loading…

Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu berbicara selama rapat kabinet pekanan di Kementerian Pertahanan di Tel Aviv, Israel, 7 Januari 2024. Foto/REUTERS/Ronen Zvulun

TEL AVIV – Purnawirawan Mayor Jenderal Israel, Itzhak Brik, kembali mengkritik Perdana Menteri (PM) Benjamin Netanyahu, Menteri Pertahanan (Menhan) Yoav Gallant, dan Kepala Staf Herzi Halevi serta menyerukan pengunduran diri mereka atas kegagalan mereka memimpin perang di Jalur Gaza.

Dalam artikel yang diterbitkan Maariv pada 12 Juni 2024 yang berjudul “Perang Tanpa Tujuan: Sementara para pemimpin mempertahankan posisi mereka, orang-orang kehilangan anak-anak mereka,” Brik menulis, “Di negara demokratis lainnya, mereka (tiga pejabat) akan dipecat dari pekerjaan mereka dan dikirim ke penjara.”

Sejak awal perang kejam Israel di Jalur Gaza yang terkepung, Brik secara terbuka mengkritik kepemimpinan militer dan politik di Israel dan menuduh mereka gagal memimpin perang.

“Sudah lama sekali pasukan kita tidak kembali dan berulang kali menyerang tempat-tempat yang telah kita duduki di Jalur Gaza. Kurangnya kekuatan tidak memungkinkan kita untuk bertahan lama di wilayah yang kita duduki, dan dalam setiap serangan kita menanggung akibat yang sangat besar dalam hal kematian dan cedera,” papar dia.

Brik menambahkan, tentara Israel tidak menyerang pejuang Hamas karena mereka “berperang dengan gaya gerilya dan tidak menginginkan pertempuran tatap muka”, namun pejuang Palestina “memasang perangkap, meledakkan gedung, meluncurkan roket, dan bersembunyi di mulut terowongan, menyebabkan kerugian besar bagi tentara Israel.”

Dia juga mengkritik taktik perang Israel, yang menurutnya “menyebabkan kematian dan cederanya para tentara.”

Menurut data resmi militer Israel, jumlah tentara dan perwira yang tewas sejak awal perang telah mencapai 650 orang, termasuk 298 orang sejak serangan darat dilancarkan pada akhir Oktober tahun lalu.

“Setiap hari, tentara kita terbunuh ketika mereka memasuki rumah-rumah yang terkepung tanpa disiplin operasional, tanpa prosedur dasar, tanpa pembelajaran, tanpa kendali dan pengawasan dari komandan senior, dan tanpa melakukan latihan dasar sebelum memasuki gedung, seperti menembakkan tank atau tembakan artileri dan mengirimkan pesawat, tanpa drone atau anjing polisi untuk memeriksa gedung,” papar dia.

(sya)



You May Also Like

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *