Customize Consent Preferences

We use cookies to help you navigate efficiently and perform certain functions. You will find detailed information about all cookies under each consent category below.

The cookies that are categorized as "Necessary" are stored on your browser as they are essential for enabling the basic functionalities of the site. ... 

Always Active

Necessary cookies are required to enable the basic features of this site, such as providing secure log-in or adjusting your consent preferences. These cookies do not store any personally identifiable data.

No cookies to display.

Functional cookies help perform certain functionalities like sharing the content of the website on social media platforms, collecting feedback, and other third-party features.

No cookies to display.

Analytical cookies are used to understand how visitors interact with the website. These cookies help provide information on metrics such as the number of visitors, bounce rate, traffic source, etc.

No cookies to display.

Performance cookies are used to understand and analyze the key performance indexes of the website which helps in delivering a better user experience for the visitors.

No cookies to display.

Advertisement cookies are used to provide visitors with customized advertisements based on the pages you visited previously and to analyze the effectiveness of the ad campaigns.

No cookies to display.

Pengadilan China Melelang 100 Ton Buaya Hidup Rp9,2 Miliar, Tapi Pemenang Tanggung Risikonya Sendiri



loading…

Pengadilan China mencoba melelang 100 ton buaya hidup untuk ketiga kalinya dengan harga awal sekitar Rp9,2 miliar. Namun lelang sepi peminat karena pemenang menanggung risikonya sendiri. Foto/Baidu via SCMP

BEIJING – Pengadilan Rakyat Shenzhen Nanshan,China, mencoba melelang 100 ton buaya hidup untuk ketiga kalinya sejak diperoleh dari perusahaan yang bangkrut.

Lelang sekitar 200 hingga 500 binatang buas itu dimulai pada harga 4 juta yuan (Rp9,2 miliar)—setelah dua lelang sebelumnya tidak menghasilkan peminat.

Lelang buaya hidup itu kesulitan menemukan penawar yang berminat karena pemenang lelang diharuskan menanggung risikonya sendiri, termasuk mengambil dan mengangkutnya pulang dengan biaya sendiri.

Mengutip laporan South China Morning Post, Sabtu (12/4/2025), buaya-buaya itu sebelumnya dimiliki oleh Perusahaan Industri Buaya Hongyi Guangdong, yang didirikan oleh Mo Junrong yang dijuluki “Dewa Buaya”.

Namun, perusahaan gagal memenuhi kewajiban keuangannya dan terpaksa melikuidasi asetnya, termasuk kawanan reptil ganas tersebut.

Di China, buaya merupakan komoditas utama dan digunakan dalam lebih dari 100 produk mulai dari riasan hingga anggur.

Yang ditawarkan dalam lelang tersebut semuanya adalah buaya Siam, yang dibudidayakan dan diperdagangkan secara komersial di China.

Namun, potensi tawar-menawar dalam lelang tidak sepenuhnya seperti yang diharapkan.

Pengadilan tidak tertarik membayar biaya pengiriman atau menangani pengangkutan buaya massal itu sendiri, dan belum dapat menemukan pembeli yang bersedia mengambil makhluk bertaring itu.

Siapa pun yang tertarik membeli ratusan reptil harus menanggung biaya pengumpulan, termasuk menangkap dan memuat hewan-hewan tersebut. Pembeli juga harus memegang lisensi pengembangbiakan buatan untuk satwa liar akuatik seperti buaya dan memiliki tempat yang layak untuk memeliharanya.

Dua lelang sebelumnya pada Januari dan Februari dengan harga awal 5 juta yuan belum ada yang mendaftar. Ini membuka jalan bagi upaya lelang untuk ketiga kalinya dengan harga awal diturunkan menjadi 4 juta yuan.

(mas)



You May Also Like

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *