loading…
Para pakar berpendapat pembunuhan pemimpin Hamas Ismail Haniyeh di Teheran merupakan aib besar bagi Iran dan demonstrasi keunggulan intelijen dan militer Israel. Foto/EPA-EFE/ABEDIN TAHERKENAREH
Insiden tragis itu juga mengungkap kerentanan yang parah dan menunjukkan penetrasi intelijen asing yang dalam di dalam wilayah Republik Islam Iran.
Hamas mengatakan Haniyeh tewas dalam serangan Israel di Iran ketika dia berada di sana untuk menghadiri upacara pelantikan presiden baru negara itu, Masoud Pezeshkian.
Korps Garda Revolusi Islam (IRGC) Iran mengatakan Haniyeh dan seorang pengawal tewas setelah kediaman mereka di Teheran akibat diserang.
Para analis mengatakan bahwa pembunuhan itu mengirimkan pesan yang jelas kepada Iran dan sekutunya: mereka tidak berada di luar jangkauan Israel, bahkan di Teheran sekali pun. Hal itu juga menyoroti sejauh mana kemampuan rahasia Israel di Iran.
Israel belum mengeklaim bertanggung jawab atas pembunuhan Haniyeh, dan pejabat AS mengatakan kepada Al Arabiya English, Kamis (1/8/2024), bahwa Washington tidak terlibat.
Farzan Sabet, seorang peneliti senior di Geneva Graduate Institute, menggambarkan pembunuhan Haniyeh sebagai “kegagalan besar keamanan Iran,” dengan menunjuk pada beberapa faktor di balik kerentanan Iran.
“Kerentanan keamanan-intelijen Iran kemungkinan besar berasal dari beberapa faktor, termasuk kondisi ekonomi yang buruk di negara itu, keresahan sosial dan legitimasi politik sistem yang babak belur, dan aparat keamanan yang tidak dirancang secara optimal untuk melawan ancaman asing atau tidak mampu menarik personel yang paling berbakat dan dapat dipercaya,” kata Sabet kepada Al Arabiya English.
Dia mengatakan insiden itu menggarisbawahi pilihan rezim untuk mengalokasikan sumber daya keamanan-intelijen yang signifikan untuk mengawasi dan menekan warganya sendiri, tampaknya dengan mengorbankan penanganan ancaman eksternal.